tag:blogger.com,1999:blog-87484424426732446612024-02-07T04:15:52.739-08:00The Way to The TruthMengukuhkan langkah mengungkap fakta kebenaran.....Eduardus Karel Dewantohttp://www.blogger.com/profile/17489830010098309643noreply@blogger.comBlogger35125tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-69950478121079864482017-07-13T01:55:00.001-07:002017-07-13T02:21:29.885-07:00PERTOBATAN SANG RAMPOK LEGENDARIS<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6MRNWEQJvLRzCuVygGQDZ7hCHbTvhLC4ktXJph7CBzx9r5HSHj5FuCGFra38LFuwfEXcrGcOpYDqPq8GpD1Y0ZgE0fQDiYORUIbhXZQzt-kLW3faC7Xk97qrFjv3Sd9J09XjU6vs-uOu5/s1600/SALIB+KUSNI+KASDUT.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="960" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6MRNWEQJvLRzCuVygGQDZ7hCHbTvhLC4ktXJph7CBzx9r5HSHj5FuCGFra38LFuwfEXcrGcOpYDqPq8GpD1Y0ZgE0fQDiYORUIbhXZQzt-kLW3faC7Xk97qrFjv3Sd9J09XjU6vs-uOu5/s320/SALIB+KUSNI+KASDUT.jpg" width="320" /></a>ADALAH </b>sebuah gereja tua di Timur Simpang Lima Semper, Jakarta Utara.
Tempatnya tidak mencolok. Terselip di antara gudang dan hanggar truk
besar tronton juga kontainer.</span><br />
<br />
<div class="_5pbx userContent" data-ft="{"tn":"K"}" id="js_7">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Gereja Paroki Salib Suci. Gereja
ini memiliki banyak cerita. Salah satunya kisah Salib yang bertengger di
dalam sebuah gua buatan manusia di sebelah gua Maria. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Salib ini
bentuknya biasa. Hampir ada di setiap gereja. Tapi Salib
ini istimewa. Kenapa? Karena Salib ini buatan seorang Ignatius Waluyo
alias Kusni Kasdut. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Barangkali sekarang tak banyak orang tahu
sosok ini. Kita coba lambungkan ingatan pada masa silam. Menelisik
lahirnya Salib dari tangan seorang perampok legendaris pada masanya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> ----<br />
Hidup melarat membuat Kusni terpersosok dunia kelam keparat. Namun dia sempat berubah untuk berjuang pada masa perang kemerdekaan. Hanya saja, kekecewaan masa perjuangan mengembalikannya pada masa kelam. Catatan hebatnya di dunia hitam adalah
perampokan di Museum Gajah, yang letaknya tak jauh dari Istana Negara,
dengan hasil 11 butir berlian.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Waluyo yang kemudian dikenal
sebagai Kusni Kasdut, lahir di Blitar pada 1929. Masa kecilnya, seperti
tertulis dalam buku Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia(1981),
lebih banyak dihabiskannya di terminal. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> “Di masa kecilnya ia
berkeliaran di terminal bis-kota Malang. Ia menjajakan rokok dan permen
kepada para penumpang bis yang baru datang. Ibunya hidup menderita.
Tinggal di daerah miskin Gang Jangkrik, Wetan Pasar, Malang." (Tirto.id
-Red)</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Beranjak Dewasa, Waluyo ikut berjuang melawan Belanda. Kakinya pernah tertembak dan membekas cacat. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">
Menurut James Siegel, selama revolusi, Kusni Kasdut ini menyumbang
tenaga dengan cara merampok orang-orang Tionghoa dan membagikan hasil
jarahannya pada mereka yang terlibat dalam revolusi.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> “Kusni,
konon, tak tahu menahu dan tak mau tahu nasib hasil jarahannya. Ia
menyumbangkan puluhan juta bagi revolusi,” kata Siegel dalam bukunya
Penjahat Gaya (Orde) Baru: Eksplorasi Kejahatan Politik dan Kejahatan
(2000).</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Frustasi menderanya ketika gagal masuk korps tentara gara gara cacat semasa perjuangan.</span><br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">
Tak bisa jadi tentara, tak ada pekerjaan yang bisa menghidupinya
padahal ia sudah menikah. Kusni kemudian memilih ke lembah hitam.
Bersama teman-temannya. Mohamad Ali alias Bir Ali, juga Mulyadi dan Abu
Bakar, mereka membikin kelompok perampok. Kusni didaulat sebagai
pemimpin geng mereka.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kusni kembali merampok. Jika sebelum 1950 ia merampok demi republik, kali ini ia menjadi perampok untuk hidupnya. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Ia merampok seorang hartawan Arab bernama Ali Badjened pada 11 Agustus
1953. Sang hartawan, yang hendak melawan, terbunuh oleh aksi komplotan
Kusni ini. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aksi geng rampok Kusni selanjutnya yang fenomenal
adalah perampokan Museum Nasional Indonesia alias Museum Gajah yang di
Merdeka Barat, Jakarta. Letaknya tak jauh dari Kantor Kementerian
Pertahanan dan tak jauh dari Istana Merdeka, tempat tinggal Presiden
Sukarno.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Dengan menyamar sebagai polisi dan memakai Jeep, Kusni
dan gengnya memasuki museum pada 31 Mei 1961. Dalam aksinya yang mirip
adegan film itu, para perampok menyandera pengunjung. Seorang petugas di
museum ditembak dan komplotan Kusni berhasil kabur. Alhasil, 11 butir
berlian berhasil digasak. Kusni pun jadi buronan lagi.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Ada lebih
dari lima dakwaan hukuman menyeretnya ke kursi pesakitan. Kusni pun
menjadi legendaris karena pada masanya dia berhasil tujuh kali kabur
dari penjara. Ini mengalahkan rekor lima kali penjahat legendaris Jack
Marsene asal Prancis.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Konon ia tidak ditangkap polisi. Pria ini
bahkan dibincangkan punya kebal senjata. Makanya ketika itu dia diminta
anaknya menyerah bukan tertangkap. Dan pada 16 Februari 1980 dia dihukum
mati.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Namun sebelum Eksekusi, Kusni berkenalan dengan seorang
pemuka agama Katholik. Mereka berkomunikasi hingga terjadi pertobatan
dari balik penjara. Kusni menyandang nama Baptis Ignatius. Nisan
kuburnya tak tertoreh nama Kusni Kasdut. Ini sebagai bentuk pertobatan
sang spesialis perampok barang antik ini.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sebagai pengabdiannya,
Kusni membuat sejumlah karya seni berupa patung dan lukisan. Salah
satunya Patung Salib di Gereja Salib Suci dan Lukisan Gereja Katedral
dari gedebok (batang pisang) yang masih tersimpan rapi di Museum
Katedral.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Salib seukuran tinggi manusia itu, sampai kini masih
berdiri kokoh di satu sudut Gereja yang didirikan oleh YB Mangunwijaya.
Sebuah gereja yang berjarak radius tak lebih dari 10 kilometer dari tepi
laut di Tanjung Priok. Salib itupun dijadikan umat, sarana berdoa untuk
pertobatan dan "museum".</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Ini sepenggal sejarah Seni Kehidupan dan Karya Seni Rupa Seorang Kusni Kasdut.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Tugu, Cilincing Jakarta Utara - Juni 2017 </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-78734668641504302332017-07-13T01:25:00.003-07:002017-07-13T01:30:52.623-07:00TERTUNDANYA BUNGAH MEMBUNCAH<div class="_5pbx userContent" data-ft="{"tn":"K"}" id="js_r">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisVn7hVBSqfEcFY4YV2SA0l9BVOIltWF-Sx0mRdHNx1p9qGVTPUTean00ngoueQcbK02UD13OjsJpokSo_H9uAPcz0hgcfxh5npUI9CuhHRk-z3pPqhd4cvmPXAmzEDD9xjSM8aUDBbSNO/s1600/Nomor+Antrean.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="525" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisVn7hVBSqfEcFY4YV2SA0l9BVOIltWF-Sx0mRdHNx1p9qGVTPUTean00ngoueQcbK02UD13OjsJpokSo_H9uAPcz0hgcfxh5npUI9CuhHRk-z3pPqhd4cvmPXAmzEDD9xjSM8aUDBbSNO/s320/Nomor+Antrean.jpg" width="232" /></a><b>NOMOR </b>Antrian ini mungkin tak ada indahnya untuk sebuah foto status. Tapi
nomor antrian inilah yang membuatku bungah. Dada berdebar kencang
lantaran duit cash lumayan bakal menebalkan dompet di kantong. Apalagi
ketika duit makin tiris memasuki tengah bulan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Kertas ini kuambil
dari mesin nomor antrean Kantor BPJS Ketenagakerjaan Rawamangun,
Jakarta Timur. Aku sedikit lega saat datang melihat orang mengantre
hanya terhitung jari tangan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Bagaimana tidak lega, aku datang
siang bolong kisaran jam 12.00 WIB. Dalam bayanganku bakal penuh
berjubel karena seorang teman mengingatkan datang subuh agar bisa di
barisan depan. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Hari itu aku juga diselamatkan cara pendaftaran
online. Pak Satpam di depan kantor sempat menyuruhku pulang karena
penarikan BPJS baru dibuka lagi besoknya. Tapi saat kujelaskan melalui
online dan dokumen lengkap, Pak Satpam mengantarku masuk dan mengambil
nomor antrean.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Ya. Itulah awal mula rasa bungahku membuncah. Awal
ketika lolos lapis demi lapis pintu untuk mencairkan 10 persen dana
Kepesertaan 10 Tahun, BPJS Ketenagakerjaan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Ting tong... (bunyi pengeras suara), "Nomor Antrean A026 silakan ke loket Dua"..</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">
Aku yang datang sumringah disambut hangat. Senyum si embak customer
service - namanya aku lupa - , menyambutku dan menambah cair suasana.
Nomor antrean kusodorkan untuk diambil dan disimpan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Semua
dokumen kuserahkan sesuai persyaratan yang dibutuhkan. Satu per satu
diteliti tanpa ada masalah berarti. Si embak kemudian memintaku mengisi
nomor rekening dan nama bank. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Dengan semangat 45 aku torehkan di
kertas. Saat menulis, si embak merapikan dokumen sembari berkata,"
setelah ini saya jelaskan hitung hitungan pajaknya ya pak... sudah
tahu?" Akupun menjawab enteng sembari menyodorkan tulisan yang dia
minta, "belum."</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Disinilah semua bungah yang sumringah mendadak
pupus sudah. Tatkala perempuan itu menjelaskan tentang hitung hitungan
tanggungan pajak jaminan hari tua.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Ada dua macam potongan pajak,
yakni potongan pajak tetap dan potong pajak progresif. Potongan pajak
tetap diberikan untuk pengambilan penuh atau 100 persen bagi tenaga
kerja yang sudah pensiun. Besarnya 5 persen. Syaratnya tidak pernah
mengambil sama sekali selama masa kerja berjalan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Nah untuk yang
progresif inilah yang membuat jantungku sejenak berhenti. Aku yang
tadinya senang bakal mendapat uang, malah dibuat berpikir ulang.
Progresif dikenakan untuk klaim yang aku ajukan kategori kepesertaan 10
tahun untuj 10 persen dana.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Kesan awalnya memang enak. Setelah 10
tahu kepesertaan BPJS, kita boleh mengambil dana 10 persen. Inilah yang
iseng iseng ingin aku ambil buat nebelin kantong di tengah bulan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">
Alih alih itu, pajak yang harus kutanggung kelak membuat rugi
membengkak. Pajaknya dikenakan bertahap sesuai angka simpanan akhir di
masa pensiun. Saat pengambilan memang tidak kena pajak. Tapi saat
pengambilan penuh akan diakumulasi semuanya. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Pada simpanan
kurang dari 50 juta akan dikenakan 5 persen, lalu pada simpanan 50 - 250
juta akan dipotong 15 persen, lalu 250 - 500 juta.. naik lagi dan
seterusnya... Jadi kalau simpanan akhir tembus angka 400 juta
misalnya, ya tiga potongan pajak itu akan diakumulasi.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Gede
kan?? Gimana nggak bengong dan jantung mendadak macet. Lah yang diambil
gak seberapa, nanti pas akhir pensiun potongannya banyak. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> "Jadi gimana Pak, apakah mau dilanjut?" kata si embak.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">
"Pinter juga ya aturan ini dibuat kesannya menyenangkan, tapi
sebenarnya mencekik," timpalku. Perempuan itupun menjawab dengan
senyuman. "Kalau tidak penting amat dan ada cara lain untuk menutup
kebutuhan uang, ada baiknya dipikirkan ulang, pak." </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Tanpa pikir panjang, aku batalkan pengajuan klaim tersebut.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">
Kecewa. Pastinya. Tapi itu tak sebanding dengan pengetahuan yang
kuterima dari seorang customer service itu. Toh aku memang tak terlalu
kepepet untuk ambil uangnya. Aku hanya kepincut kisah seorang teman yang
sudah berhasil memboyong duit klaim ini. Kisahnya, memang dia bercerita
indahnya. Maklum saja, dia memang butuh duit. Jadi barangkali tak
peduli dengan potongan pajak tersebut. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Kuambil lagi semua
dokumen. Kumasukkan ke dalam tas. Aku berpamitan dengan si embak dan pak
satpam yang menyambutku di awal. Hujan rintik mengguyurku saat
melenggang keluar kantor para pensiunan itu. Basah dan mendung justru
membuatku teduh dan tenang. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> Rezeki sudah ada yang mengatur. Rezeki juga tidak akan pernah tertukar... Biarlah yang ini kelak untuk hari tua.. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> <i><b>Rawamangun, Selasa 110717.</b></i></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-77872659594027945432015-08-07T11:38:00.002-07:002015-08-07T11:38:24.222-07:00Bersepeda Membawa Nikmat<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: large;">CARA BERSEPEDA YANG BAIK DAN BENAR </span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Beberapa tahun belakangan ini, olahraga bersepeda semakin menjadi tren terutama di masyarakat perkotaan yang sudah jenuh dengan polusi dan kemacetan lalu lintas. Berbagai komunitas bersepeda tumbuh dengan pesat mulai dari sepeda balap, fixie, MTB, BMX, dan masih banyak lagi. Anda mungkin termasuk salah satu penggemar aktivitas bersepeda.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Para pakar yang berbicara dalam berbagai
forum komunitas ditinjau dari segala aspek media dan teknis. </span>Hal - hal berikut perlu diperhatikan dalam
bersepeda sebagai berikut :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Pengendara harus minum air dam
mineral ketika bersepeda dan sesudahnya. Untuk mengganti kalori yang
dikeluarkan.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Latihan dilakukan secara
bertahap, intensif dan teratur. disesuaikan dengan kondisi daya tahan tubuh.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Tidak melakukan latihan yang
bersifat berlebihan, overdossis yang mengakibatkan kelelahan yang sangat.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">4.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Jarak tempuh yang disarankan
untuk olahraga yang bersifat kebugaran adalah dibawah 20 kilometer,
dianjurkan untuk latihan rutin untuk menjaga stamina sejauh 15 km saja dan
dilakukan tidak lebih dari 3 kali seminggu</span>.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">5.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Pemanasan mutlak dilakukan
sebelum melakukan aktivitas bersepeda.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">6.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Jarak tempuh yang dilakukan
untuk berolah raga yang ideal antara 40 km sekali jalan. Untuk mereka yang
berusia 40 tahun ke atas, jarak tersebut idealnya ditempuh dengan kecepatan
antara 22 - 27 km/jam. Bagi yg muda bisa lebih cepat lagi.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">7.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Kondisi tubuh harus dalam
keadaan fit saat bersepeda, tidur yg cukup sebelumnya.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">8.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Posisi sadel harus lebih tinggi
diatas kemudi sehingga ketika lengan memegang kemudi, otot tidak terlalu tegang
dan bisa bergerak dengan leluasa.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">9.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Kaki bisa direntangkan lurus,
sehingga telapak kaki menyentuh pedal dalam posisi rata.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">10.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US">Gunakan ujung kaki sebagai
tumpuan untuk mendapatkan tenaga yang maksimum. </span><span style="text-indent: -18pt;">Meskipun tubuh dalam posisi
membungkuk, kepala harus tegak ke depan sehingga dapat melihat ke arah depan
dengan baik.</span><span lang="EN-US" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="text-indent: -18pt;">Gunakan alat alat pengaman pada
saat berkendara seperti helm dan lain-lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
===========================================</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="EN-US" style="font-size: 14.0pt;">10 Tips Bersepeda Lebih Baik dan Lebih Cepat<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Latihan Ketahanan
Kardiovaskular</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Pesepeda jarak jauh sangat
membutuhkan latihan ketahanan kardio karena berkaitan dengan kemampuan menjaga
energi dan performa otot selama berjam-jam bersepeda. Beberapa jenis latihan
yang dimaksud adalah Long Slow Distance Training, Pace/Tempo Training, Interval
Training, Circuit Training, dan Fartlek Training.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Latihan Kekuatan Sprint</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Anda pasti sering melihat
para atlet sepeda memacu sepeda dengan kecepatan tinggi saat menjelang finish
padahal sebelumnya kecepatan mereka sedang. Kemampuan tersebut memerlukan
program latihan yang menghentak otot (Explosive exercise) untuk meningkatkan
tenaga saat sprint mendadak. Jenis latihan yang disarankan adalah Squat dan
Stair running (naik turun tangga).</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Karbohidrat Kompleks Dan
Minuman Isotonik</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Sebelum pertandingan, para
atlet sepeda profesional mengkonsumsi karbohidrat kompleks yang lepas berkala
untuk menjaga energi mereka tetap stabil dan menkonsumsi minuman berisotonik
saat pertandingan untuk mensuplai cairan tubuh yang hilang akibat banyak
berkeringat.</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">Tingkatkan Tenaga & Stamina Serta Cegah Tubuh Anda Dari
Dehidrasi Di Sini!</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">4.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Pastikan Jenis Sepeda Anda
Sudah Tepat</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Apapun jenis sepeda Anda,
memilih sepeda yang cocok bagi Anda sangat penting untuk kenyamanan dan
efisiensi bersepeda. Jika Anda merasakan sakit leher, punggung, lutut, atau
mati rasa pada tangan atau kaki, maka bisa jadi sepeda atau komponen sepeda
tidak cocok bagi Anda. Memilih sepeda yang tepat dapat meningkatkan efisiensi
mengayuh dan aerodinamika sehingga membuat Anda mampu bersepeda lebih cepat.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">5.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Jangan Lupakan Peregangan</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Bersepeda melibatkan
pergerakan berulang yang membutuhkan kelenturan dan keseimbangan otot yang
prima. Karena itu peregangan otot sebelum bersepeda sangatlah penting. Pesepeda
umumnya mengalami tegang otot hamstrings, hip flexors dan chest jika tidak
melakukan peregangan sebelumnya.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">6.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Latih Keterampilan
Mengendalikan Bersepeda</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Para atlet sepeda sangat
ahli dalam mengendalikan sepedanya. Mereka bisa melaju dengan halus di
tikungan, stabil saat turunan, dan selalu waspada akan berbagai kondisi jalan.
Mereka bersepeda dengan perkiraan dan patuh terhadap aturan di jalan. Ikutlah
pelatihan bersepeda atau bergabunglah dengan klub sepeda profesional untuk
belajar keahlian mengendalikan sepeda.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">7.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Jangan Bersepeda Sendirian</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Bersepeda dengan partner atau
tim sepeda sangat baik untuk meningkatkan keahlian Anda bersepeda. Strategi dan
taktik dari sebuah tim sepeda sangat penting terutama saat pertandingan.
Bergabunglah dengan klub sepeda yang sesuai dengan tingkat keahlian Anda.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">8.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Istirahat Yang Cukup</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Seorang atlet sepeda
profesional sekalipun akan bersitirahat yang cukup untuk pemulihan kembali
kondisi tubuhnya demi mencapai kembali performa puncak saat kembali bersepeda.
Peregangan, pemijatan, dan tidur adalah bagian penting untuk pemulihan tubuh.
Perhatikan tanda-tanda awal tubuh Anda dan segeralah beristirahat sebelum
overtraining.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">9.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Cross Training Saat Off Season</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Latihan yang sama setiap
hari dapat menyebabkan kondisi letih, stagnan, dan bosan. Jika bersepeda adalah
olahraga utama Anda, melakukan berbagai jenis olahraga dan latihan lain saat
off season sangatlah penting untuk menjaga kelenturan dan kelenturan otot,
serta mencegah berulangnya cedera.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: center; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">10.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Gunakan Kostum, Sepatu, Dan
Helm Khusus Bersepeda</span></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US">Bagi pemula, awal memakai
kostum khusus bersepeda akan terasa aneh, namun kostum tersebut diciptakan
untuk mendukung performa bersepeda. Kostum yang ketat bertujuan untuk
meminimalisir hambatan angin. Warnanya yang menyolok membuat lebih mudah
terlihat di jalan. Sepatu khusus bersepeda sangat membantu efisiensi bersepeda
dan meningkatkan keselamatan. Lebih lagi helm khusus bersepeda hukumnya adalah
wajib. Tidak ada atlet balap sepeda yang diperbolehkan bertanding tanpa
mengenakan helm.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-14072463708198020052015-08-07T11:12:00.000-07:002015-08-07T18:32:19.408-07:00Yuk Bersepeda....<div class="MsoNormal">
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgShOdytCYSDEU53jAO0LnGtL3ZwegHJC9ZbhbKEjL5vLqP6tn5B-9OIe6FgGp1U37ZoitKulRuyv8eb8gdZQyfKVyUtdSeMDDNsMRnfkso5N2mEia6MbKJSiqdfArHCPiO50NyXzYAg1J8/s1600/IMG_20150804_064736.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgShOdytCYSDEU53jAO0LnGtL3ZwegHJC9ZbhbKEjL5vLqP6tn5B-9OIe6FgGp1U37ZoitKulRuyv8eb8gdZQyfKVyUtdSeMDDNsMRnfkso5N2mEia6MbKJSiqdfArHCPiO50NyXzYAg1J8/s320/IMG_20150804_064736.jpg" width="320" /></a><span lang="EN-US"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUkH89T-28B8o1x90SeIY5rmI1lcfQPLmjHneSw0D6xz4Ci9ccuquTuJj5sKO7Mr3IVDQPW6HfWdm2dDi_cj_sG58xz0jcTAjzix38GP4r1DWsS6zQQIc6ZSKSEj6VFzn-Ovuh2ASW2Rt0/s1600/DSC_0540.JPG"><span lang="IN" style="color: windowtext; text-decoration: none;"></span></a><span style="font-size: large;"></span></span><br />
<span lang="EN-US"><span style="font-size: large;"><span lang="EN-US"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></span></span>
<span lang="EN-US"><span style="font-size: large;"><span lang="EN-US"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></span></span>
<span style="font-size: large;">Tahun 2015</span> ini menjadi tahun pertama, aku kembali menggunakan sepeda. Kalau dulu, aku bersepeda untuk moda transportasi ke sekolah. Kini, sepeda yang kugunakan untuk menjaga kebugaran dan kesehatan. Tepatnya Olahraga. Dan bersepeda menjadi olahragaku kedua setelah lari yang sudah aku lakukan dua tahun terakhir. Sejumlah event telah kulewati. (Baca: Lari Membawa Nikmat)<br />
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglsEYJ18jBY-aISV5ikOF3vLv1VL9CipIwyifFk1vGpCFteg-NZZtljR-wUUkqYDxwZKvUgTrALZcIu2VPe0aHP53JYqUf-jfURLRnm1piFESrz8IoKG18JLT1pxxLQDDFDHvYUm4UZsgg/s1600/DSC_0496.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglsEYJ18jBY-aISV5ikOF3vLv1VL9CipIwyifFk1vGpCFteg-NZZtljR-wUUkqYDxwZKvUgTrALZcIu2VPe0aHP53JYqUf-jfURLRnm1piFESrz8IoKG18JLT1pxxLQDDFDHvYUm4UZsgg/s320/DSC_0496.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Bersepeda adalah sebuah kegiatan rekreasi dan olahraga. Bersepeda juga bisa menjadi salah satu moda transportasi darat. Banyak pesepeda yang melakukan kegiatan di berbagai macam medan. Bisa di bukit-bukit, medan yang terjal, maupun di medan datar untuk sekedar berlomba kecepatan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFAU5oGLr05hDik3UiWLUJbHGXnG6f_KAc9gHERLvmy1UHEF24svsr4PEzAFL-9M0_tmcb6zKi5Z14nIJra2TrZ1OSA26dzQF0F49G47bRS5WR5NDYcEtUUvzvAoWyZqFHCfXqo2ZTXWQZ/s1600/DSC_0496.JPG"><span lang="IN" style="color: windowtext; text-decoration: none;"></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Para olahragawan bersepeda profesional, namanya balap sepeda. Sementara orang yang mempergunakan sepeda sebagai moda transportasi rutin dapat disebut komuter. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvVUROu44x88dWthDq6t5QqI0F-_CP19ra-D0DKaJY-wesfpBO5WJOjOZzhNf9KQhSG6Pi1Hst4kMGubyQy7qDnHol_ADGY6YTF2H5I9mWX8F7actwlfFeT_Hl4ybQcXVL4l4pKI9Z509Z/s1600/DSC_0536.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvVUROu44x88dWthDq6t5QqI0F-_CP19ra-D0DKaJY-wesfpBO5WJOjOZzhNf9KQhSG6Pi1Hst4kMGubyQy7qDnHol_ADGY6YTF2H5I9mWX8F7actwlfFeT_Hl4ybQcXVL4l4pKI9Z509Z/s320/DSC_0536.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyZ_6n5xsrrv6l64n1_EkfEeyZbOsK7CIfJCJ_bbTNvkOMWsD85QXHGCv1xuvWkUGutAlaDi0F-atLTmuZ9ZHckeCF2A8swgQx-btuRWCm_ri5zstajDHm6uE9Lj_nC4WQm8glH7rnUgoO/s1600/DSC_0489.JPG"><span lang="IN" style="color: windowtext; text-decoration: none;"></span></a>Penggunaan sepeda sebagai moda transportasi rutin, tidak hanya dilakukan pekerja di sektor non-formal, tetapi juga pekerja di sektor formal. Para pekerja di sektor formal yang menggunakan sepeda sebagai moda transportasi, kerap menyebut dirinya komunitas Bike To Work Indonesia (B2W Indonesia).</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUbme-UW9e-nGVLJwKTYerKhwcTJLzmVjPFCyElMnT64K8TN3yIjFuiOnM_JSjTVpz2TtvfjvLtOMGC7bTZF-yWtTSf_vkQkPi8PapRiRC0GcjXWDHTZIdvRPcpo2wdqCO1cSGpswPtzaV/s1600/DSC_0385.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUbme-UW9e-nGVLJwKTYerKhwcTJLzmVjPFCyElMnT64K8TN3yIjFuiOnM_JSjTVpz2TtvfjvLtOMGC7bTZF-yWtTSf_vkQkPi8PapRiRC0GcjXWDHTZIdvRPcpo2wdqCO1cSGpswPtzaV/s320/DSC_0385.JPG" width="320" /></a><span lang="EN-US">Selain para pekerja, sepeda juga banyak digunakan oleh anak <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah" title="Sekolah">sekolah</a>. Selain karena menggunakan sepeda tidak membutuhkan biaya tambahan. Bersepeda juga dapat dilakukan di jalan yang kurang bagus sekalipun. Bersepeda bagi anak sekolah juga dapat mengurangi bahaya kecelakaan dalam <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kecelakaan_lalu_lintas" title="Kecelakaan lalu lintas">berkendara</a>.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">|| eduardus karel dewanto ||</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijTkfLMDUxB5bloDhAtaPyGcxuaFB2JvnoO4-0-sPog5jNdPCGxcHj2d6MC-ccyRQS1nRcpWbfbqIQstGXOSSgzAm1GmpKQ6DbQ5BhUSzfGsT69mPSTp_SCjvxOpo-rJMXc6Qwn8bj4vBP/s1600/DSC_0531.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-70846062791688471032015-07-09T20:28:00.001-07:002015-08-07T18:33:22.162-07:00<h2>
Arti '<i>Good Eye</i>' dalam Fotografi</h2>
<div class="author">
<br /></div>
<div class="author">
<span class="g5hk5va" id="g5hk5va_8" style="height: 12px;"></span></div>
<div class="artikel">
<div class="banner_inside_article">
<div class="banner_reg cad_skyp">
</div>
</div>
</div>
<div class="pic_artikel">
<img alt="http://images.detik.com/content/2015/07/10/1279/fotografer.jpg" class="" src="http://images.detik.com/content/2015/07/10/1279/fotografer.jpg" height="213" title="" width="320" /> </div>
<div class="pic_artikel">
<br />
<b><br /></b></div>
<div class="text_detail">
</div>
<div class="text_detail">
</div>
<div class="text_detail">
<b></b>Kadang-kadang kita mendengar komentar seperti 'komponya bagus' atau 'matanya bagus'. Di <span class="g5hk5va" id="g5hk5va_5" style="height: 13px;">dalam fotografi</span>, memiliki mata yang bagus (<i><span class="g5hk5va" id="g5hk5va_9" style="height: 13px;">good eye</span></i>) artinya bisa mengenali hubungan antara elemen visual seperti titik, garis, bentuk di suatu pemandangan dan mengetahui posisi <span class="g5hk5va" id="g5hk5va_10" style="height: 13px;">kamera</span> yang paling bagus dan mengunakan jarak fokus lensa yang pas untuk membuat foto tersebut.<br />
<br />
Selain
itu, memiliki mata yang bagus berarti mampu mengenali dan
mengidentifikasi sifat dan arah cahaya dan efeknya terhadap subjek <span class="g5hk5va" id="g5hk5va_11" style="height: 13px;">foto</span>. Tidak semua cuaca sama, di saat mendung, sifat cahayanya lembut, di saat cerah, sifat cahayanya keras.<br />
<br />
Selain
foto pemandangan, foto orang/portrait juga membutuhkan mata yang jeli.
Posisi cahaya (matahari atau lampu studio) yang tidak tepat akan membuat
foto menjadi tidak enak dipandang. Fotografer yang memiliki mata yang
bagus akan mampu melihat bentuk wajah subjek foto dan mengunakan cahaya
yang tepat. Di jalanan, fotografer yang bermata bagus dengan cepat dapat
melihat adegan atau subjek foto yang menarik di kondisi jalan yang
bising dan ruwet.<br />
<br />
Saat memotret di pemandangan yang indah dan
cahaya dengan warna-warna yang menarik, misalnya pantai saat matahari
tenggelam, hampir setiap orang akan dapat mendapatkan foto yang menarik,
terutama jika mengenal teknik dasar fotografi dan mengetahui cara
mengunakan kamera dengan baik. <br />
<br />
Tapi, tantangannya justru adalah
saat cahaya dan pemandangan tidak seindah yang diharapkan. Di saat itu,
fotografer yang memiliki mata yang bagus akan menghasilkan foto yang
jauh lebih menarik.<br />
<br />
Saya percaya bahwa '<i>good eye</i>' bukan
didapatkan dari lahir saja, setiap orang bisa mempelajarinya. Memang,
ada orang yang lebih berbakat dan akan belajar dengan cepat, sedangkan
ada yang butuh waktu lebih lama. Meskipun berbakat, perlu banyak belajar
dan berlatih. Berbakat atau tidak, tanpa latihan dan pengalaman, hasil
foto tidak akan sebaik yang diharapkan.<br />
<br />
<img alt="" src="http://s6.postimg.org/c687tatu9/enche_tjin_khleang62.jpg" height="266" width="400" /><br />
<br />
<i>Caption:
Foto ini saya buat di sebuah kampung nelayan di pinggir danau Tonle Sap
di Kamboja. Di sini saya melihat hubungan antara satu anak dengan yang
lain seperti menyusun garis diagonal. Juga memberikan kesan sequence
(urut-urutan) dari anak yang berdiri di pinggir danau, <span class="g5hk5va" id="g5hk5va_3" style="height: 13px;">masuk</span> ke danau, berlari ke tengah dan kemudian berusaha menangkap ikan yang terpengkap di permukaan air danau yang tengah surut.</i><br />
<i><br /></i>
<i><i>Mau <span class="g5hk5va" id="g5hk5va_1" style="height: 13px;">konsultasi</span> berbagai hal seputar fotografi? Kirim saja pertanyaan ke Klinik IT detikINET di link berikut.</i><br /><br /><i>Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com.</i></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-61819147597888541922013-02-28T00:33:00.000-08:002017-07-13T01:58:17.635-07:00INILAH POTRETMU SENJA<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><i>Cerita seorang sahabat..</i></b></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pagi itu, klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 pagi,
seorang pria berusia 70-an tahun datang untuk membuka jahitan pada luka ibu jarinya. Seorang perawat menyiapkan berkas dan memintanya menunggu. Alasannya para dokter masih sibuk. Si Kakek itu diperkirakan bisa ditangani dokter satu jam kemudian.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pria sepuh itu tampak gelisah. Di mondar-mandir di ruang tunggu sembari sebentar-sebentar matanya tertumbuk melirik jam di tangannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">"Bapak terburu-buru ya....?" tanya si perawat penuh iba. Pria itupun menyahut cepat.... "iya..."</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sejenak perawat itu berpikir perlu membantu pria yang sudah uzur tersebut. Dia berpikir pekerjaan untuk pasien ini tak terlalu sulit. Bisa dilakukan olehnya sendiri, tanpa harus menunggu dokter. Apalagi, dia masih punya banyak waktu luang untuk si kakek tersebut. Bergegaslah dia menghampiri salah satu dokter yang dinas hari itu di tengah kesibukannya. Pak dokterpun menyetujuinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Si Perawat akhirnya menangani si Kakek. Dan, adalah sepenggal percakapan saat perawatan.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">"Kenapa bapak terburu-buru, apa ada janji lain?" tanya si perawat.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">"Tidak... Saya hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama isteri saya," sahut Pak Tua enteng.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kakek itupun bercerita, bahwa setiap dua hari sekali selalu menyempatkan makan siang bersama isterinya yang dirawat di rumah jompo. Sang isteri sudah dirawat di panti sejak beberapa waktu lalu, saat mulai mengidap penyakit Alzheimer.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">"Apakah isteri bapak akan marah bila datang terlambat,' si perawat bertanya penuh ingin tahu.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">"Isteri saya sudah tidak lagi mengenali saya sejak lima tahun terakhir," jawab si Kakek penuh percaya diri.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sontak si perawat itu terkejut dan spontan terlontar dari mulutnya, "kalau isteri bapak sudah tidak mengenali lagi kenapa masih pergi ke sana ?"</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #7f6000;"><b><i><span style="font-size: large;">Satu tangan si Kakek yang sedang tak dirawat, menepuk pundak perawat muda tersebut sembari tersenyum. </span></i></b></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="color: #7f6000;"><b><i><span style="font-size: large;">"Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia bukan..."</span></i></b></span></span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Si perawat mendadak bungkam seribu bahasa. Matanya menatap si Kakek dengan berkaca-kaca. Rampung perawatan, si Kakek itupun berpamitan. Sementara si perawat tak bisa mengalihkan pandangannya ketika pria sepuh itu berlalu hingga tak terlihat lagi. </span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sepenggal kisah ini betul-betul membuat perawat itu merinding. Cinta Kasih seperti itulah yang banyak didambakan semua orang dalam hidupnya.Cinta sesungguhnya tdk bersifat
fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi
saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yangg tidak akan pernah
terjadi.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pengalaman ini menyampaikan satu pesan penting: Orang yang
paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik,
mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Hidup bukanlah
perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah
hujan.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Jakarta, 28 Februari 2013 </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-72309156059655584322013-02-26T01:56:00.002-08:002013-02-28T08:44:20.491-08:00"Teguran" di Hujan Rintik<span style="font-size: large;">Jakarta<span style="font-size: large;">, Gading <span style="font-size: large;">G</span>riya Lestari,</span> 29 Januari 2013.</span><br />
<br />
Pagi itu mendung tampak menggantung di
sekitar rumahku. Jadwal pagi itu menjemput anakku pulang sekolah pukul
10.00 WIB. Berangkat dari rumah setengah jam lebih awal. Kucomot
helm dan kupasang di kepala. Kunci motor kucolok di kontak motor Pulsar
Bajaj milikku. Jreennnnngggggg.... motor pun menyala, motor kesayanganku pun
melaju.<br />
<br />
Sepenggal perjalanan telah kulalui. Hujan rintik
menggelitik saat berkendara. Kian lama, hujan kian tak bisa diajak
kompromi. Aku memutuskan balik lagi ke rumah untuk berganti mobil. Motor
kuputar haluan kembali ke rumah. Meski kian basah terguyur gerimis, badan tapi tidak kuyub. Kurang lebih 50 meter lagi sudah masuk
kompleks rumahku.<br />
<br />
Tapi tiba-tiba...... ciiiiittttttt.... rem mendadak
kutekan. Sebuah mobil kijang yang seolah memberiku jalan untuk
menyalip, mendadak memepet untuk melaju. Dan... roda motorku selip.
Aku terjatuh ke arah kanan hingga dua kali badan menghantam ke tanah.
Gedebummmm... Bahu menjadi penyangga tubuhku. Posisi jatuh yang tak
lazim. Ya, aku jatuh di atas separator pembatas dua ruas jalan yang
penuh rumput dan pepohonan. Sementara motorku terseret dan berhenti tak
jauh dariku di atas aspal.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRyku6aka0bUf7NyC8zqMlfg22RPVRCDqtnLOB1gUipkkgbfLwvYs7ARGSpJ62R0Zjpyu-TBEHagJTOdME35U4E4_1GtUBQ3CXFjIBbashktvZfR58uog1vZ8EkRdqPixIZHyNuyY2zuIh/s1600/Fotoku+Jatuh.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRyku6aka0bUf7NyC8zqMlfg22RPVRCDqtnLOB1gUipkkgbfLwvYs7ARGSpJ62R0Zjpyu-TBEHagJTOdME35U4E4_1GtUBQ3CXFjIBbashktvZfR58uog1vZ8EkRdqPixIZHyNuyY2zuIh/s320/Fotoku+Jatuh.jpg" width="320" /></a></div>
Aku dalam kondisi sadar dan bangun
dari terkapar jatuh. Tanganku terasa susah diangkat. Satu tangan kugunakan mengangkat tangan kananku yang kebas. Sambil
berdiri kulihat dua orang baik membantuku. Satu memapah berdiri, dan satu
lagi mendirikan motor. Mereka tak tahu kalau aku kesulitan
menggerakkan tangan dan langsung pergi. Tapi pertolongan
merekan sungguh berarti, ketimbang pengemudi mobil sial yang
langsung ngacir. Aku sendirian tergopoh susah meraih motorku. Ngilu terasa sakit di bahu lenganku. Motor kunyalakan dan melaju motorku hingga ke rumah yang berjarak sekitar lima
menitan.<br />
<br />
Saat perjalanan, aku melintas di depan seorang teman. Pagi harinya, dia berbincang di rumahku. Aku tersenyum menahan sakit untuk menyapanya. Dia
sungguh tak tahu. Sampailah aku di rumah. Badan kini menjadi basah kuyub. Tangan kian sakit saat berusaha melepas bajuku. Kupegang tangan
dan memar di sekujur bahu. Semua bengkak mengeras. Sial pikirku. Aku tak jadi jemput anakku. Kuminta ibunya yang mendampingi sekolah, pulang menggunakan kendaraan
umum. Dan aku memutuskan tidak ke kantor hari itu,
untuk memeriksakan ke dokter.<br />
<br />
Setiap hari sudah tugasku mengantar dan menjemput anakku sekolah. Aku selalu menggunakan motor
karena lebih lincah menyelip dan menyalip antrean mobil yang amat padat
di rimba Beton Batavia. Apalagi bila anakku kesiangan bangunnya. Dan hari itu
akhirnya aku harus menerima nasib, jatuh dari motor, saat hendak
mengganti mobil karena hujan datang.<br />
<br />
Begitulah kisahku di hari
naas. Lalu selang kurang lebih sepuluh menit, isteri dan anakku tiba di
rumah. Mereka melihatku terbaring di kamar hanya dengan hanya dibalut celana pendek. Sementara tangan dan bahuku penuh memar tanpa lecet. Aku
tidak langsung ke dokter. Isteriku minta menunggu orang tuanya datang
karena ingin mengantar ke rumah sakit. Maklum, ibu mertua seorang
perawat. Jadi tidak mau anaknya salah jalan untuk mencari pengobatan. <br />
<br />
Jam sebelas siang lebih sedikit
semua sudah berkumpul. Mertua datang bersama kakak iparku.
Betul-betul riuh seolah ada bencana besar. Kami kemudian berangkat
ke RS Gading Pluit. Rumah sakit ini kupilih karena menanggung asuransi
kesehatanku. Setiba di rumah sakit, aku langsung masuk IGD dengan
tertatih-tatih. Perawat memintaku berbaring di
bilik penanganan darurat. Dokter jaga datang. Diperiksa dan disuruh menunggu untuk rontgent. Aku susah bangun duduk untuk posisi
rontgent. Petugas mengizinkanku sambil berbaring.<br />
<br />
"Gakpapa, "katanya.
Selesai rontgent, aku kembali ke bilik sambil didorong dengan
pembaringan. Sesaat kemudian dokter memanggilku. "Bisa bangun jalan, ke
ruang saya...."kata dia kusambut anggukan.<br />
<br />
Di meja dokter tertempel foto hasil rontgent pada papan. Dokter menjelaskan kondisiku seperti dalam foto tersebut tidak ada masalah. Semua
utuh dan kemungkinan hanya memar otot dan tulang.<br />
<br />
"Syukurlah...
semoga tidak apa-apa," kataku.. Lalu dokter memintaku datang lagi
mengambil hasil analisa radiologi.<br />
<br />
"Oh..ini kesimpulan dokter, bukan
hasil analisa,"gumamku sembari menerima selembar amplop negatif film rontgent. Tapi dokter menyarankan konsultasi ke dokter ahli bedah tulang
untuk kepastian hasil analisa radiologi. Aku pun menyahut cepat, "Baik dok, kalau gitu hasil rontgent ini ditinggal ya."<br />
<br />
Sore hari pukul 17.00 WIB.
RS Pluit Gading. Kuterima sodoran perawat selembar hasl analisa ahli
radiollogi.<br />
<br />
"Dicurigai ada fraktur dan soft tissues sweilling pada
tulang skapula," begitulah nukilan tulisan kesimpulan paling bawah dari
analisa tersebut.<br />
<br />
Rupanya dugaan dokter awal memang kurang jitu. Namun sudah benar dia menyarankan konsultasi ke dokter ahli. Dan sore
itu, aku memutuskan untuk menemui dokter ahli yang
dinas malam itu. Dr. Hamdani.<br />
<br />
"Patah Skapula dan pembengkaan
jaringan lunak," kata dokter Hamdani sambil melihat-lihat foto rontgent
milikku yang ditempel di dindingnya.<br />
<br />
"CT Scan ya seluruh bagian paru dan
lengan ya... biar jelas letak dan bentuk patahannya..," lanjut dokter.<br />
<br />
Malam itu juga aku ambil CT Scan dan esoknya hasil foto kuambil sekaligus kuserahkan ke dokter saat kontrol hari berikutnya.
"Hmmm.. patah benar kan, kelihatan...," kata dokter sambil menunjuk foto skalpulla.<br />
<br />
<br />
Dokter
kemudian memberikan masukan untuk proses pengobatan dan penyembuhan. Satu
pengobatan konservatif dan operasi dengan memasang pen pada tulang yang
patah. Namun, dokter menganjurkan untuk konservatif, dengan
mengkonsumsi obat dan vitamin, serta susu, selama proses pertumbuhan
tulang normal selama enam bulan.<br />
<br />
"Hah.... enam bulan dok," spontan aku
menimpali dokter.<br />
<br />
Bukan waktu yang pendek proses penyembuhannya... aku
harus menggendong tanganku selama kurang lebih enam bulan.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_WhcZQSXDezUcprinrnKT24XfkL54S7kKJTwTntL8UzcN6exERSn6wvAk07d9PoZHib8CSLkIsMUjkqhuOGuO1ogd_VXVGFmemQWZobOnyR69EOPsnR0_n9rU9gtmwcq-cef7z89VfcEe/s1600/CT+scan+scapulla+mas+edu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_WhcZQSXDezUcprinrnKT24XfkL54S7kKJTwTntL8UzcN6exERSn6wvAk07d9PoZHib8CSLkIsMUjkqhuOGuO1ogd_VXVGFmemQWZobOnyR69EOPsnR0_n9rU9gtmwcq-cef7z89VfcEe/s320/CT+scan+scapulla+mas+edu.jpg" width="240" /></a>Dokter
kemudian memberikan penjelasan alasan tidak melakukan operasi. Tulang
yang patah berada pada bagian yang dibungkus otot gerak dan syaraf
penting bagi tubuh. Operasi memang bisa dilakukan, tapi amat beresiko.
Proses operasi bakal lama dan ekstra hati-hati. Bila terjadi kesalahan
bisa berakibat fatal...<br />
<br />
"Jadi, pengobatan konservatif aja ya....," kata
dokter kembali menawarinya. Kusambut saran itu dengan anggukan dan menyerahkan semua
keputusan kepada dokter. Dalam hatiku, ternyata tak seperti yang banyak
dikatakan banyak orang, kalau dokter selalu hantam kromo menyarankan operasi.<br />
<br />
Akhirnya
pilihan kuambil untuk mengikuti jalan medis. Aku yakin
proses penyembuhan itu yang paling utama adalah keyakinan dari individu
sendiri. Sehingga cukup kutampung saran banyak orang untuk diobati ke
ahli patah tulang, seperti dukun, cimande, sensei, dan sebagainya.... Pertimbangannya cukup
panjang. Hingga harus kulakukan riset dan wawancara tentang keduanya.
Pilihan inipun bagian dari sebuah keyakinan dan pengetahuan.<br />
<br />
Sebulan aku harus beristirahat di rumah atas perintah Pak Dokter.
Aku minta untuk tetap bekerja, tapi hardikan Pak Dokter yang kuterima.
Alasannya, tulangku itu tempat rawan gerak. Rasa bosan terus membelengguku. Bersyukur satu dua teman telah menghibur datang ke rumah. Mereka memberikan suasana baru di tengah aku harus teronggok dengan aktivitas menjemukan. Support dari pimpinan kantor, teman-teman dan handai tolan bergulir dari jejaring sosial dan telepon genggamku.<br />
<br />
Hikmah pun kuambil, dengan istirahatku ini mungkin menjadi teguran buatku untuk lebih dekat dengan keluarga. Setiap hari, aku ditegur supaya tahu perkembangan dan keseharian istri dan anakku bila aku pergi bekerja. Disinilah sepenggal kisah yang sangat membuatku menitikkan air mata. Bahkan, ayahku dari kampung halaman pun tak ketinggalan datang ke Jakarta untuk menengok dan mengasuh anak-anakku. Inilah semangatku untuk sembuh cepat.<br />
<br />
Sudah hampir sebulan berlalu. Tiga kali sudah aku bolak-balik ke dokter. Tangan sudah mulai membaik. Setidaknya, lengan dan bahu sudah mulai bisa kugerakkan, meski tetap harus digendong dan belum boleh untuk beban. Dokter juga mulai mengizinkan kembali beraktivitas, sembari terapi menggerakkan otot bahu yang lama beristirahat. Perjalananku masih panjang....<br />
<br />
Get Well
Soon bro... Thanks atensi dari keluarga, sahabat dan handai taulan
semuanya......Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-86520686080334617732013-01-31T06:00:00.000-08:002013-01-30T15:07:52.998-08:00Ibu Kota Terendam Banjir<span style="font-size: x-large;"><b>Petaka Pembawa Makna</b></span><br />
<br />
<b>Petang itu, Rabu 17 Januari 2013. </b><br />
Lelah menghampiriku, setelah
seharian bekerja mengemas berita banjir Jakarta. Malam itu, baru
sebagian Jakarta terendam air kiriman Bendung Katulampa. Banjir merendam
ratusan rumah warga Kampung Pulo, sementara saya dan teman-teman punya
kewajiban mewartakannya. Ini adalah tugas dan panggilan kami sebagai
juru warta.<br />
<br />
Jarum jam berjalan, menunjuk waktu untuk kembali ke
rumah. Sedikit terlambat malam itu tiba di gubuk kecil sederhanaku di
seberang Pegangsaan Dua. Lelah dan penat berkecamuk dalam tubuhku. Tapi
semua itu sirna tatkala tiba di rumah, dua anakku masih bercanda dan
menghampiriku. Sejenak bercanda setelah membasuh tubuh, tak terasa malam
kian larut. Kami semua pun terpejam oleh lelah bahagia.<br />
<br />
<b><span style="font-size: small;">Pagi, Kamis 18 Januari 2013</span></b><br />
Pagi
pukul 06.00 Wib, sayup-sayup derap hujan menyapaku. Saat itu pula
kudengar suara lain... "Pak, anakmu masuk sekolah nggak, hujan deres,"
kata istriku. Mataku masih berat seolah lengket. "Hujan ya ?" Sahutku.
Sejenak kubangun dari pembaringan. Keluar, dan melongok ke jendela.
Gelap gulita. Pagi tak biasa. Langit terselimuti mendung. Air menetes
deras, menghantam tanah. Mengingat hari itu, anakku baru hari kedua
masuk sekolah untuk penyesuaian setelah libur, aku memutuskan anakku
izin dulu. Pagi itu dua anakku pun, yang masih berusia lima dan dua
tahun kuizinkan di rumah saja. Mereka kubiarkan tetap tidur. <br />
<br />
Di
tengah hujan deras itulah, aku memutuskan menemani mereka istirahat. Dan
aku terlelap. Seolah baru sekejap, sebuah suara mengagetkanku.
"Bapak-bapak, bangun... bangun... banjir...banjir....," istriku panik
sembari menggoyang-goyang tubuhku yang betul-betul lagi pulas hari itu.
Aku terbangun. Tak sadar aku melonjak dan berlari menuju pintu, lantaran
kaget. "Ya ampun...," aku langsung meraih sekop air. Kuserok air keluar
dari rumah. Tapi apa daya, air lebih cepat masuk ketimbang keluar. Aku
langsung mengalihkan pikiran dan mata ke barang-barangku. Sofa, kursi,
mainan anakku, surat-surat penting, alat-alat elektronik, baju dan
kasur, langsung kubereskan. Semua kunaikkan lebih tinggi agar aman. <br />
<br />
Anakku
masih tidur. Isteriku menerima kabar dari sekolah, kalau sekolah
diliburkan. Memang kabar di televisi, pagi itu banjir merata di Jakarta
dan sekitarnya tanpa kecuali. istana Presiden pun tergenang banjir. Jam
terus bergerak hingga siang. Lega menghampiriku. Air tak lagi meninggi.
Seatas mata kaki. Tapi lemari-lemari plywood dan kulkas di rumah yang
terendam semata kaki menjadi kekhawatiranku. "Semoga gak naik lagi..,"
batinku. Hati masih tenang meski air menyesaki rumah dan jadi ajang
bermain dua anakku, yang sudah terbangun. Listrikpun masih menyala.
Setidaknya, masih ada hiburan nonton tv sembari menunggu air surut. <br />
<br />
Pukul
14.00 WIB, sekitar tujuh jam sejak air masuk menyapa rumahku, listrik
di rumah menyusul padam. Mendadak sekitar rumahku menjadi ramai meski
banjir. Hujan pun mulai reda. Orang-orang keluar karena gerah di dalam
rumah. Mereka berbincang di tengah air banjir, bercerita tentang kondisi
sanak dan saudara. Bahkan sebagian terlihat mengusung-usung sejumlah
barang miliknya untuk pergi mengungsi. Hotel, apartemen, atau rumah
sanak famili yang selamat. <br />
<br />
Banyak ragam warga sekitar menyikapi
banjir. Ada pula yang tenang, seolah sudah biasa. Mereka kongkow di pos
sekuriti dengan yang lainnya, seperti hari-hari biasa. Mereka duduk di
bangku dan meja yang terendam banjir sepaha orang dewasa. Mereka
menikmati suasana sembari ngopi dan sebagian menghabiskan rokok di
tangan.<br />
<br />
Naluri jurnalistikku tergerak. Kurekam semua suasana di
situ. Rencananya, gambar itu akan kukirim ke kantor melalui email. Tapi
rupanya, listrik tak kunjung hidup. Hingga pukul 18.30, barulah kejap
nyala lampu terasa. Dan saat itulah aku sudah disibukkan mengurusi rumah
yang terendam. Video tadi tak jadi kukirim ke kantor. Aktivitas di
rumah mulai berdenyut lagi. Tv bisa ditonton, komputer bisa menyala.
Anak-anak sedikit terhibur. Sementara mataku masih tertumbuk pada
genangan air di rumah. "Aduh, ini barang-barang bisa runyam kalo gak
surut," batinku.<br />
<br />
Malam kian larut. Anak-anakku sudah terlelap
tidur. Beruntung mereka tidak rewel selama mata belum terpejam tidur.
Mereka malah menikmati air seolah menjadi sahabat bermain. Mereka juga
disibukkan dengan televisi yang cukup menghibur mereka dengan acara
anak-anaknya. Sementara malam itu, aku tak mudah memejamkan mata.
Hingga pukul 02.30 WIB aku baru tertidur. Itupun di kamar depan
sendirian, karena bersiaga. Hujan yang berulang kali reda dan deras
datang tiba-tiba membuatku khawatir. Tapi lelah tak bisa kupungkiri. Aku
terpejam mata hingga pagi. <br />
<br />
<b>Pagi, Jumat 19 Januari 2013</b><br />
Saat
terjaga, rupanya air masih menggenang, namun hujan sudah reda. Aku
sedikit lega, meski cuaca di luar tidak bersahabat. Mendung gelap
gulita. Sesaat kemudian sekitar pukul 09.30, terang sudah mulai menyapa.
Aku meminta izin kepada isteri untuk berangkat ke kantor, meski rumah
masih terendam air. Istriku mengizinkannya. Kusambar sepeda gunung,
untuk keluar rumah mensurvei jalur keluar komplek menju kantor. "Nggak
ngantor, pak... ?" tanya Ah Siong, tetangga rumah. Dari percakapan
dengan orang inilah aku kemudian semakin yakin, jalur menuju kantor
aman. Dan berangkatlah aku ke kantor. Sembari merampungkan tugas di
kantor, kabar baik pun datang dari rumah. Isteri bilang, air sudah
surut.<br />
<br />
Malam hari sepulang kerja, aku langsung ganti baju, dan
menyiapkan semua peralatan bersih-bersih rumah. Mengepel, menyemprot,
dan mengangkut-angkut barang-barang' serta merapikannya. Tak cukup
sehari merampungkannya. Sepekan pekerjaan itu barulah rampung. Sementara
hati masih berdebar, mengingat Jakarta masih waspada hingga tengah
Februari 2013.<br />
<br />
Di sini makna hidup betul-betul kudapatkan.
Betapa beratnya para korban banjir. Sementara di satu sisi, para juru
warta bersuka cita mengabarkannya, demi komoditi berita. Tapi, ya
begitulah hidup. Harus ada simbiose mutualisma. Setidaknya, dengan
mengalaminya, seorang jurnalis akan lebih empati dan berhati-hati untuk
mengabarkan suatu bencana. Disitulah nilai jurnalisme, dan tujuan
mengabarkan sebuah bencana bisa bermanfaat. Bukan sekadar mencari
sensasi dan menarik banyak penonton. Tapi membantu penonton, khususnya
para korban bencana, bisa mendapatkan informasinyang akurat dan benar.<br />
<br />
The End Unknownnoreply@blogger.com0Jakarta, Indonesia-6.211544 106.84517200000005-6.716652 106.19972500000004 -5.706436 107.49061900000005tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-83438164574067445772012-11-22T18:52:00.000-08:002012-11-22T18:52:04.808-08:00Sepenggal Kisah Jokowi...<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: x-large;"><b><i>Pak Jokowi, Hajar Saja Lurahnya!</i></b></span><br /><br /><br /><img height="200" src="http://assets.kompas.com/data/photo/2012/11/02/1254536620X310.jpg" style="font-family: Verdana, sans-serif;" width="400" /><div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;">TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWANGubernur DKI Jakarta Joko Widodo.</span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">JAKARTA, KOMPAS.com - Ada saja pengalaman-pengalaman unik yang dialami Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, baik sebelum menjadi gubernur maupun sesudahnya. Kisah-kisah unik nan lucu itu pula yang kerap ia ceritakan dan menjadi perhatian warga yang mendengarnya.</span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /><br />Hal itu juga terjadi ketika Jokowi menjadi pembicara dalam acara Indonesia Creative Power, Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012 di Epicentrum Walk, Jakarta Selatan. Selain Jokowi, Fiona Kerr dari University of Adelaide Australia juga menjadi pembicara bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Mari Elka Pangestu.<br /><br />Berbeda dari dua narasumber lain, yang menyampaikan presentasinya dengan duduk, Jokowi memilih berdiri dan menceritakan pengalaman kreatifnya. Jokowi mengatakan, kalau ia duduk justru tidak bisa lancar menceritakan pengalamannya.<br /><br />"Dua puluh tiga tahun saya bekerja di barang-barang seperti yang tadi saya duduki, jadi agak kreatif sedikit-sedikit. Kemudian, tujuh tahun lalu, saya kecelakaan menjadi Wali Kota, nah itu mulai enggak kreatif," kata mantan Wali Kota Solo dan pengusaha mebel tersebut, Kamis (22/11/2012).<br /><br />Setelah itu, kalimat demi kalimat mengalir dalam cerita Jokowi. Sewaktu menjadi Wali Kota Solo, misalnya, ia mengisahkan bahwa waktu itu ia menghadapi masalah dengan ajudannya yang berpostur lebih tinggi, besar, dan ganteng. Karena waktu itu Jokowi masih suka mengemudi sendiri, maka setiap kali hadir dalam acara-acara undangan, para tamu justru memberikan perhatian lebih besar kepada ajudannya.<br /><br />"Problemnya, tamu-tamu yang datang ke saya, kok malah yang disalami ajudan saya, bukan saya. Haduh... satu bulan saya masih kuat, dua bulan enggak kuat, tiga bulan tambah enggak kuat, kemudian muncul ide kreatif saya," kata Jokowi, yang waktu itu berbobot 54 kg.<br /><br />Jokowi kemudian mengganti ajudannya itu. Kali ini ia memilih ajudan dengan paras dan perwatakan tidak seperti sebelumnya. Yang lebih jelek, katanya. Mendengar itu, para pengunjung dalam acara itu sontak tertawa. "Selama tujuh tahun, akhirnya saya selamat karena yang disalami saya terus," ujarnya.<br /><br />Ceritanya kemudian beralih ketika Jokowi mulai ke Jakarta dan menjadi gubernur. Menurutnya, satu hal kreatif yang pernah dilakukannya adalah saat ia melakukan inspeksi dadakan (sidak) <a href="http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/23/10575986">ke kantor kelurahan dan kantor kecamatan</a> di Jakarta Pusat pada 23 Oktober 2012 atau seminggu setelah ia dilantik jadi gubernur.<br /><br />Ia menuturkan, ketika itu ia datang ke satu kantor kelurahan sekitar pukul 07.30. Alih-alih menemui lurah setempat, Jokowi justru melihat kursi-kursi di kantor tersebut masih dipasang terbalik atau ditidurkan. Ia pun hanya menemui tiga orang pegawai di kantor kelurahan itu.<br /><br />"Kemudian, saya perintahkan untuk membuka tempat pelayanan. Terus satu orang itu membukahandle pintu yang masih terkunci, saya tunggu saja. Satu handle kunci tak tunggu enggak kebuka-buka. Tak tunggu sudah hampir tiga gerombol kunci masih juga belum kebuka, ya sudah saya tinggal saja ke kelurahan yang lain," kata Jokowi. Riuh tawa audiens pun kembali membahana.<br /><br />Sama seperti kelurahan yang ia datangi pertama kali, kejadian yang sama juga ia temui di kantor kecamatan dan kelurahan selanjutnya. Menurutnya, pagi itu baru separuh pegawai yang hadir di kantor lurah, demikian pula di kantor kecamatan. Camat dan lurahnya pun tidak ada sehingga Jokowi gagal bertemu dengan mereka.<br /><br />"Pegawai kecamatan itu mencoba kreatif. Dia menaruh tulisan 'Buka', ya saya senang. Tapi saya enggak kalah kreatif. 'Ini tulisannya buka, tapi kok saya lihat-lihat malah loketnya tutupan.' Kalah kreatif sama saya pegawainya," kata Jokowi yang kembali mengundang gelak tawa pengunjung.<br /><br />Di akhir kisah pengalamannya, Jokowi menceritakan, saat ia melakukan sidak di kelurahan dan kecamatan, banyak warga yang saat itu melihatnya sidak menyuruhnya untuk menghajar lurah dan camatnya. "Pas sidak itu, mungkin yang melihat saya ada seribu penduduk. Begitu saya hadir, mereka teriak, 'Pak Jokowi, dihajar saja camatnya, hajar saja lurahnya.' Ha-ha-ha... lha ini apa, kenapa saya harus menghajar mereka... ha-ha-ha," canda Jokowi yang mendapatkan tepuk tangan meriah dari pengunjung.<br /><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Editor :</span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />Laksono Hari W</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-66916287497222383412012-11-18T20:22:00.000-08:002012-11-19T11:33:20.066-08:00Tulisan Perdana dan Bangga<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> <w:UseFELayout/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="Default">
<b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 15pt;">Hipnotis Musik dari Kalifornia</span></b></div>
<div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Cake baru membuat penonton berjingkrak di saat konser hampir berakhir. Konsisten di panggung </span></i></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">KRIIINGG.... Sejenak hening berdetak dalam detik. Bunyi telepon berdering disambut besutan gitar synthesizer menghipnotis. Lalu, sebuah lirik dibarengi gebukan drum menghentak sunyi: <i>/No phone, no phone/I just want to be alone</i> <i>today/no phone, no phone.</i> Penonton pun berjingkrak-jingkrak bak gelombang. Aksi spontan jemari gitaris Cake, Xan McCurdy memetik dawai gitar kian memukau penonton. Lengkingan gitarnya cepat nan eksotis. </span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Inilah saat-saat Cake mampu merebut hati sekitar 1500 penonton di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Kamis malam pekan silam. Penonton berjingkrak seirama lagu bertajuk<i> No Phone</i> yang disuguhkan John McCrea, vokalis kelompok asal Kalifornia ini. </span>“<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Lagu ini bagi-orang-orang yang tak ingin terganggu dering telpon,</span>”<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> kata McCrea yang mengaku inspirasi lagu itu berawal dari kejenuhannya menerima telepon 15-20 kali sehari. </span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Selesai lagu itu, lagu andalan <i>I Will Survive </i>yang sempat melejit di papan tangga lagu dunia pada 1996, membuat penonton kian menggila. Tak habis-habisnya histeria mereka meletup-letup. Dan, <i>Never There </i>menutup aksi panggung Cake. McCrea dan kawan-kawan melambaikan tangan, lalu surut ke balik panggung. </span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Penonton puas? Tidak. </span>“<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">We want more, we want more</span></i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">,</span>”<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> begitulah mereka tak ingin pertunjukan berakhir dan bergeming di arena. McCrea rupanya bersimpati kembali ke panggung. </span>“<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Saya hargai kalian memilih pertunjukan ini, meski ada konser lain di dekat sini (Konser Kris Dayanti - red),</span>”<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> katanya. Lagu<i> Daria </i>lalu menjadi bonus antusias penonton dan sepasang stik drum Pablo Ebadi dilempar ke arah penonton yang berebut meraihnya dengan antusias.</span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Respon penonton seperti di tiga lagu terakhir sejatinya sudah jadi harapan McCrea sejak lagu ketiga, <i>Short Skirt/Long Jaket, </i>disuguhkan. Ia bahkan sudah berusaha menggaet hati penonton lebih awal lagi dengan cara melepaskan jaket abu-abu yang membungkus kemeja bergaris-garis vertikal yang ia pakai. </span>“<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Terima kasih untuk suara-suara dari Jakarta,</span>”<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> kata McCrea setelah penonton bersedia mengikuti lirik yang dicontohkannya. </span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Sayangnya, suasana kembali redup hingga setengah jam lebih pertunjukan berlangsung memasuki lagu kesembilan, Sheep to Heaven. McCrea terlihat frustrasi, meski sudah konsisten bermain di panggung. Padahal, ia sudah berusaha atraktif di panggung dengan memainkan gitar akustik dan alat semacam garpu tala. Tiupan terompet dan keyboard juga selalu terdengar dominan memanjakan penonton di setiap lagu. </span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Apa boleh buat, pentas Cake ini tak termasuk kategori<i> sold out concert </i>(konser yang tiketnya habis terjual</span>—<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">red) yang bisa membuat senyum promotor Java Musikindo yang mendatangkan mereka ke sini. Gedung berkapasitas 4000 pengunjung itu tak penuh. Sisi tribun hanya diduduki puluhan penonton. Sementara di depan panggung hanya tiga perempat yang terisi. <i>Setting</i> panggung pentas Cake berukuran 17 x 6 meter juga sangat sederhana. Yang ada hanya permainan tiga lampu sorot dan sebuah bola kaca di atas panggung. Sementara sound system juga berkekuatan tak lebih dari 20 ribu watt. </span>“<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Soundnya kayaknya kurang nendang ya,</span>”<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> kata Mone, 18 tahun, penonton asal Kupang kepada Tempo. Namun Mone tetap meras puas karena memang menyukai lagu-lagu Cake yang nyeleneh. Bukan easy listening, tapi bisa dinikmati. </span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Beda lagi dengan Raisa, 17 tahun, pelajar SMU Taman Tirta Jakarta Selatan dan Mareyke Rika, 28 tahun. Baik Raisa maupun Rika mengakui respon penonton sangat kurang. Mereka melihat seharusnya penonton bisa bergoyang pada beberapa lagu-lagu. </span>“<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Saya kira kalau penonton memberi respon, bisa lebih hidup,</span>”<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> kata Raisa yang sudah mengenal lagu-lagu Cake ketika di bangku SMP. Lagu<i> I Will Survive</i> adalah lagu favoritnya.</span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> </span></i></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Di kalangan Artis, rupanya banyak juga yang datang. Ada Andi /rif, Sigit (Base Jam), Puput Melati dan sejumlah artis lainnya. Andi /rif bahkan sudah jauh hari menjadwalkan waktunya untuk konser ini. </span>“<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Saya senang <i>No Phone.</i> Cepat dan enak di dengar,</span>”<span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"> katanya. </span></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Eduardus Karel Dewanto</span></b></div>
<div class="Default" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-41299322560412402252012-11-18T20:14:00.001-08:002012-11-19T17:07:54.219-08:00So You Think You can.....<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<i style="font-family: Verdana, sans-serif;">Malam itu, November 2012 </i></div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /><b><span style="font-size: large;"> "So You Think You Can Dance" </span></b>diputar di salah satu channel sebuah tv berbayar. Sebuah kontes anak muda menari (bukan tradisional). Satu per satu peserta single maupun duet unjuk kebolehan di atas panggung. lenggak-lenggok mereka disaput dengan belaian warna-warni lampu. </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9NTXMH3CnkztLLzvaHGcTi7adQ3UB3rt5Iezwv_H2arokK4667lFICQo51s73878At7zZGvKG__xQ-djLSQwgDMb4TwXzb7zNRz5iR89udTREirC3q3Yrq0r8fnRK-yBrcq4MMyBvOlWV/s1600/So+You+can+dance.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9NTXMH3CnkztLLzvaHGcTi7adQ3UB3rt5Iezwv_H2arokK4667lFICQo51s73878At7zZGvKG__xQ-djLSQwgDMb4TwXzb7zNRz5iR89udTREirC3q3Yrq0r8fnRK-yBrcq4MMyBvOlWV/s320/So+You+can+dance.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sungguh indah. Sekalipun bukan mahakarya, namun kompetisi ini memang sungguh membangun sebuah karya seni yang menakjubkan. Mereka berkompetisi dengan beragam genre tarian. Ada foxtrot, broadway, ballet, kontemporer, bollywood, hiphop, dan ragam lainnya. </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /><br />Bagaimana mereka mampu berkembang dari nol menjadi hebat di atas panggung? Masing-masing kontestan mendapatkan pemandu seorang pelatih papan atas dunia di Hollywood. Pelatih itu pun berganti-ganti. Mereka dari nol diberi kesempatan mengembangkan talentanya. Yang gagal, hukum alam yang akan merontokkannya.<br /><br />Berlatih menjadi kewajiban mereka sebelum manggung. Menyerap ilmu dari para pelatih bintang itulah, modal mereka bila mau tampil apik dan menghayati. Tentu saja, karena koreografi tarian dari para pelatih itu, yang menjadi asupan para kontestan untuk mengembangkan talentanya berlenggak-lenggok di atas venue or stage. Ya. Para koreografer itu memang menjadi kunci keindahan di atas panggung. Merekalah perancang cerita, busana, ritme dan gerakan liak-liuk tubuh para kontestan.<br /><br />Tengoklah apa kata para juri di ajang itu. Mereka selalu memberikan hormat kepada para koreografer itu, bila tarian mereka berhasil ditampilkan oleh para kontestan. ya, karena mereka ini kebanyakan para begawan tari dan seni.<br /><br />Namun, ini yang terpenting. Semua ide dan gagasan para koreografer itu tak ada artinya sehebat apapun, tanpa ditopang semangat, kemauan, kreativitas, kecerdasan dan talenta dari para murid-murid kontestan. Semua gagasan itu menjadi sebuah karya di tanah lapang kering kerontang. Yang akan dilihat orang, hanyalah tanah kering retak-retak menjadi liat, begitu pula rasa yang ada adalah panas menyengat ubun-ubun kian membikin pusing. </span></div>
<div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbSZ528b2rScysVUGf0eWqemQJq1qkNyZMqKy-nhCP3ybxLzoHu4yeNMqFZFhZarkP0jbrK6HBq8_ehWpqSmkCPFfKKU5zyyNqhSU_Z_p0LztKEwleOJXgpcTWURuthLn7D7429Tm9qND7/s1600/news+studio.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="222" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbSZ528b2rScysVUGf0eWqemQJq1qkNyZMqKy-nhCP3ybxLzoHu4yeNMqFZFhZarkP0jbrK6HBq8_ehWpqSmkCPFfKKU5zyyNqhSU_Z_p0LztKEwleOJXgpcTWURuthLn7D7429Tm9qND7/s320/news+studio.jpg" width="320" /></a></div>
<div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Deskripsi di atas menurut saya memiliki korelasi di dunia seni apapun. Salah satunya dunia seni jurnalisme broadcast. Para Koreografer itu ibarat para Executive Producer. Dia inilah penjaga gawang sebuah program. Ke mana arah dan tujuan sebuah produksi, adalah dia kuncinya. Tapi dia tidak akan memiliki arti apapun bila tidak ditopang personil, seperti produser, assprod, reporter, presenter, standupper, supporting teknik, yang handal. personil-personil ini terbangun dalam sebuah tim, dan bukanlah individu. Tim ini sepatutnya memiliki talenta, kemauan, kedisiplinan, kreativitas dan sebagainya. </span></div>
<div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Karena itulah, saat melihat tayangan kontes tari di negeri Abang Sam atau United State, menjadi potret kecil kehidupan dunia broadcast. Para produser adalah kreator-kreator seni di layar kaca untuk menampilkan sebuah flow dan show rundown sebuah program menjadi apik, cantik, menarik, mendidik dan dilirik. Pilar penyangga itu ada di tangan mereka yang berada di garda terdepan, termasuk perangkat personil teknik yang menjadi support jalannya seni saat on air.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> <br /> Dari tulisan ini, saya hanya sedikit ingin meluapkan sebuah pandangan menarik yang tampaknya sama dengan miniatur sebuah seni pertunjukan seperti tari. Dunia seni broadcast tak bisa dijalankan sendiri oleh individu. Tetapi tim yang kuat, yang mampu mengejawantahkan segala pemikiran seni "si dalang"<span style="font-size: large; font-style: italic; font-weight: bold;"> "So </span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large; font-style: italic; font-weight: bold;">You Think You Can</span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large; font-style: italic; font-weight: bold;"> </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: large; font-style: italic; font-weight: bold;">Make a News </span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large; font-style: italic; font-weight: bold;">Broadcast</span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large; font-style: italic; font-weight: bold;"> </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large; font-style: italic; font-weight: bold;">??"</span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-14616164789900474572012-10-29T12:42:00.000-07:002012-10-29T12:42:48.360-07:00Apa Kabar Jenderal ?<span style="color: navy; font-family: arial;"><b>
Mayjen Sriyanto Muntasram:
</b></span><br /><span style="font-family: arial;"><b>
“Saya Percaya Kepada Hukum, Kok”
</b></span><br />
<span style="font-family: arial;">
<img align="left" border="0" hspace="3" src="http://www.tempo.co.id/harian/wawancara/img/sriyanto.jpg" /></span><br />
<span style="font-family: arial;">TUJUH
anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang didakwa membunuh Ketua
Dewan Presidium Papua Theys Hiyo Eluay disidangkan di Mahkamah Tinggi
Militer Surabaya, pekan lalu. Ada yang istimewa dalam persidangan
pertama itu: kehadiran sang Komandan Jenderal (Danjen), Mayor Jenderal
Sriyanto Munt<span>a</span>sra<span>m</span>.
</span><br />
<span style="font-family: arial;">Adakah kehadirannya untuk
memperlihatkan perlawanan atas proses hukum yang sedang dihadapi anak
buahnya? Sriyanto membantah. Menurut dia, kehadirannya ini justru untuk
menunjukkan dukungan pada penegakan hukum.
</span><br />
<span style="font-family: arial;">Bagi pria kelahiran Tuban,
Jawa Timur, 28 Oktober 1950, peradilan yang sedang dihadapi tujuh
anggotanya itu merupakan proses pembelajaran bagi mereka. Bahwa mereka
tunduk kepada hukum. “Saya percaya kepada hukum, kok,” ujarnya.
</span><br />
<span style="font-family: arial;">Kursi Danjen Kopassus yang
dulu dipandang empuk bagi karier seorang anggota militer, rupanya kini
penuh duri. Sriyanto mengalaminya. Di saat tongkat komando ia pegang,
sejumlah tanggung jawab sejumlah kasus yang diduga melibatkan anggota
tentara ditudingkan ke korps pasukan elite yang dipimpinnya. Belum kasus
pembunuhan Theys terungkap tuntas, muncul sejumlah kasus lain. Misalnya
saja kasus penembakan guru sekolah internasional milik Freeport
Indonesia di Timika, Papua, atau dugaan perlindungan bagi bos Geng Coker
di Ambon, Maluku, juga kasus sejumlah bom di Jakarta.
</span><br />
<span style="font-family: arial;">Beban pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan Sriyanto memang masih banyak. Tapi bekas Danrem
074/Warastratama, Surakarta, ini menyikapinya dengan tenang. Eduardus
Karel Dewanto dari <i>Tempo News Room</i> yang khusus mewawancarainya
sehubungan perkembangan kasus pembunuhan Theys merasakannya.
Guyonan-guyonan dengan dialek Jawa yang kental mewarnai hampir sepanjang
percakapan. Suasana pembicaraan pun menjadi segar dan akrab. Berikut
petikan wawancara yang dilakukan sesudah persidangan pertama kasus
Theys, akhir pekan lalu.
</span><br />
<hr noshade="noshade" size="-2" />
<span style="font-family: arial;">
<b>Ada maksud kehadiran Anda dalam sidang Theys di Mahmilti Surabaya?</b><blockquote>
Ini kan anggota saya disidang, tentu saya hadir <i>dong</i>. Sidang itu
membacakan dakwaan terhadap tujuh personil Kopassus yang terdiri dari
empat perwira, dua bintara, satu tamtama. Sebagai Danjen Kopassus saya
ingin mengajari anggota saya untuk menghormati hukum. Soal kebenaran
biar dibuktikan di persidangan. Mereka ini disidangkan tentu saja atas
perintah saya sebagai Ankum.</blockquote>
<b>Apakah Anda menilai kasus ini mencoreng citra Kopassus?</b><br />
<blockquote>
O … iya, tapi ini merupakan proses pembelajaran untuk tunduk kepada
hukum. Dalam butir kedua Sapta Marga TNI itu kan (bunyinya) taat dan
tunduk kepada hukum. Jadi, nanti lah kebenaran akan terungkap di
persidangan. </blockquote>
<b>Apa dakwaan Oditur?</b><br />
<blockquote>
Intinya, yang saya tahu, mereka didakwa sampai kematian Theys. </blockquote>
<b>Apa Anda percaya keterlibatan mereka?</b><br />
<blockquote>
Ya ... kalau dari pengakuan mereka dalam penyidikan… em..(diam sejenak)
nanti dibuktikan dalam persidangan sajalah. Tapi satu yang saya pegang
bahwa, semua anggota saya itu senantiasa memegang prinsip demi keutuhan
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia, red.). Iya to? Ha..ha..ha..
Tapi nanti saja dalam persidangan saja ya .. Kalau saya buka di sini
nanti dikira mempengaruhi persidangan. Nanti dikira menggurui sidang.
Itu nggak bagus ...ha..ha..ha. Biarlah persidangan berjalan alamiah dan
terbuka. Kenapa ini sampai terjadi, biar terungkap dalam persidangan.</blockquote>
<b>Kopassus kok memakai pengacara sipil? Dari mana dana untuk membayar mereka?</b><br />
<blockquote>
Em … Sebenarnya mereka itu sukarela ya. Kami tidak pernah negoisasi soal
harga. Kami cuma mengontak mereka ada persoalan seperti ini, mereka mau
membantu. Kebetulan beliau ini merupakan salah satu fans TNI, dan
menginginkan adanya penegakan hukum. Jadi sampai sekarang ini kami tidak
pernah nego soal honor, saya hanya minta bantuan. Kalau ada, ini … Kan
mereka tidak harus mesti dibayar <i>to</i> ... ha..ha..ha.. </blockquote>
<b>Terhadap kasusnya sendiri, apa reaksi Panglima TNI?</b><br />
<blockquote>
Panglima TNI telah memerintahkan (kasus ini) segera diproses secara hukum. </blockquote>
<b>Tujuh tersangka itu masih aktif?</b><br />
<blockquote>
Masih, dan mereka itu anggota-anggota saya paling potensial sebetulnya.
Hanya, selama ini mereka dalam tahanan. Baik di POM maupun dalam satuan.</blockquote>
<b>Seandainya mereka divonis bersalah, adakah konsekuensi dari Korps?</b><br />
<blockquote>
Kami lihat vonisnya. Kalau ternyata mereka betul-betul salah, kami harus
menghormati vonis. Nanti akan kami lihat vonisnya seperti apa. Kalau
tidak puas kan bisa naik banding. Tapi kalau ternyata bersalah, ya harus
satria, lapang dada kami terima. Tapi sepanjang masih ada kemungkinan
yang bersangkutan tidak bersalah, saya berkewajiban untuk mencari
pembelanya untuk banding.</blockquote>
<b>Jika tetap dinyatakan salah, apa konsekuensi keanggotaan mereka?</b><br />
<blockquote>
Kalau mereka memang bersalah ya dipecat. Apa boleh buat, selamat jalan.
Saya kira ini peraturan yang berlaku umum di TNI. Tidak hanya Kopassus.
Kalau mereka dipecat, ya selesai dan kembali sebagai masyarakat biasa.
Mereka bisa saja mengabdikan diri di bidang lain. Tapi kalau ternyata
hanya divonis sekian tahun dan tidak dipecat, mereka akan akan diterima
kembali (jika selesai masa hukumannya).</blockquote>
<b>Bukankah mereka potensial dan memiliki kualifikasi khusus? Tidak adakah dispensasi atau kebijakan khusus?</b><br />
<blockquote>
Kalau memang vonis itu ternyata bersalah, ya kami harus tetap lapang
dada. Pencopotan itu sendiri kan sama saja sebagai pembelajaran yang
baik. Tidak ada yang sempurna kan di dunia ini.. ha..ha..ha. Bagi saya,
kalau memang itu vonisnya, ya sudah, itulah barangkali yang terbaik kami
lakukan sebagai pembinaan kesatuan dan anggota yang lainnya untuk
tunduk pada aturan yang berlaku. Namun, manakala ternyata tidak
bersalah, kami harus perjuangkan karirnya lagi. </blockquote>
<b>Kabarnya Kopassus akan membuat buku putih untuk kasus Theys ini?</b><br />
<blockquote>
Buku putih .. ha..ha..ha.. buku putih atau buku item itu apa? Aku mau cari buku tabungan saja .. ha..ha..ha... </blockquote>
<b>Jadi tidak betul soal buku putih itu?</b><br />
<blockquote>
Saya percaya sama hukum kok. (Buku putih seperti) itu kan dibuat karena mereka <i>nggak</i> percaya hukum, terus membela diri, ya. Saya percaya hukum kok.</blockquote>
<b>Mungkin bukan dari segi hukumnya. Kasus ini dinilai masih
mencerminkan sikap Kopassus pada masa Orde Baru, dipakai untuk
kepentingan kelompok tertentu, termasuk pemerintah.</b><br />
<blockquote>
Ha..ha..ha.. Saya kira itu tidak benar, mungkin perlu saya luruskan.
Semboyan dan dasar-dasar penugasan (untuk Kopassus) semua tetap dan
tidak ada perbedaan tradisi dan sebagainya. Hanya saja, menurut saya,
saat (Orde Baru) itu tidak hanya Kopassus kan (yang sakit), bangsa kita
yang sakit. Jadi bukan hanya Kopassus. Beberapa pihak sepertinya hanya
main kambing hitam saja kan …ha..ha..ha... Barangkali juga, ada seni
salah satu pejabat. Kepemimpinan suatu masa berbeda-beda, tapi visi dan
misi kami tetap. Sebagai pasukan khusus, karena dilatih dengan khusus,
perlengkapan khusus dengan sasaran yang khusus juga, Kopassus tetap
milik bangsa. </blockquote>
<b>Tapi publik telah mencap miring Kopassus.</b><br />
<blockquote>
Saya kurang sependapat dengan itu. Mungkin citra (di masyarakat) tidak
menggambarkan hal sebenarnya. Bagi saya, visi dan misi Kopassus tetap.
Maksudnya, semua pasukan di bawah binaan Angkatan Darat dan di bawah
operasional Panglima TNI, itu tetap. Mungkin ada yang perlu diperbaiki,
mungkin ada yang perlu ditingkatkan, itu wajar. Kalau dulu Kopassus
dianggap sebagai centeng atau macem-macem itu .. he..he..he.. itu hak
pandangan orang. Tapi sekarang sebenarnya sudah berubah. Bukan hanya
Kopassus, tetapi paradigma TNI pun sudah berubah. </blockquote>
<b>Bagaimana dengan banyak pelanggaran dilakukan anggota Kopassus?</b><br />
<blockquote>
Kalau dikatakan Kopasus, saya kok tidak sependapat ya, sebab di Kopassus
itu jumlah orangnya sedikit. (Saya kira) itu dilakukan mereka yang
mantan-mantan, dan sudah keluar dinas, tapi masih mengaku-ngaku
Kopassus. Ada orang-orang luar sama sekali yang mengaku Kopassus, ini
yang merepotkan sekali. Kan gampang mengatakan dari Kopassus. Tapi itu
juga salah satu ciri, mereka itu masih agak segan kepada Kopassus. </blockquote>
<b>Tapi beberapa kasus mencuat dari Kopassus?</b><br />
<blockquote>
Bisa Anda sebut contohnya. </blockquote>
<b>Kasus Letda Agus Isrok, anaknya Jenderal Subagyo HS.</b><br />
<blockquote>
O... iya, pernah itu dulu ya. Itu oknum ya. Dia sekarang menunggu vonis
dan kasasi. Itu memang benar. Tetapi, dalam kacamata saya, dia
dimanfaatkan kelompok luar. Barangkali karena dikenal (sebagai) anaknya
Pak Bagyo, (lalu)dimanfaatkan orang-orang itu. </blockquote>
<b>Soal lain, betulkah Kopassus masih tersebar di berbagai daerah konflik?</b><br />
<blockquote>
Oke… jadi Kopassus itu memiliki tiga kemampuan. Pertama, istilahnya,
kemampuan Parako atau Prajurit Para Komando yang lebih dominan
tempurnya. Kemudian ada pasukan khusus Sandi Yudha yang lebih bergerak
di bidang tertutup, kemudian ada pasukan khusus penanggulangan teror.
Keterlibatan mereka sekarang ada di Aceh, Ambon, Irian dan Poso serta
beberapa di luar negeri. Ada juga kedutaan-kedutaan tertentu di luar
negeri yang meminta pengamanan tertentu. Jadi ada dan memang diberikan
tugas ke sana bersama dari kesatuan lain.</blockquote>
<b>Berapa besarnya?</b><br />
<blockquote>
Sekarang ini yang di luar sana hampir setengah dari kekuatan yang ada.
Dan itu wajar-wajar saja karena menambah pengalaman bagi kami. </blockquote>
<b>Kira-kira spesifik jumlahnya?</b><br />
<blockquote>
Itu sesuai permintaan masing-masing. Misalnya Kodam Aceh meminta kepada
Panglima TNI. Saya sendiri tidak punya kewenangan menggerakkan secara
operasional pasukan di daerah operasi. Itu sepenuhnya di tangan panglima
setempat. Pangdam di Aceh, Pangdam Trikora, Pangdam Wirabuana atau
pangdam lainnya.</blockquote>
<b>Bagaimana pengawasan Kopassus di daerah konflik agar tidak melanggar hukum?</b><br />
<blockquote>
Saya akan tanya pangdam-nya, apakah merasa terbantu atau tidak. Jadi di
sisi lain yang menjadi pembinanya itu saya, kemudian juga saya kirimkan
staf ke sana untuk mengetahui kekurangannya. Apa yang bisa ditingkatkan
lagi. Kadang-kadang saya gilir komandannya ke sana untuk mengecek.
Masukan itu yang kami olah di sini (Markas Komando Kopassus Cijantung,
red.) agar bisa lebih baik. Dari pangdam kami cek rapornya. </blockquote>
<b>Terakhir, bagaimana pendapat Anda dengan munculnya satuan khusus lainnya?</b><br />
<blockquote>
Bukan, itu salah orang menyebut saja. Bagi saya enggak lah, kami bukan
pasukan yang hebat, tapi kami pasukan terlatih saja. Jadi itu perlu saya
garis bawahi agar kami tidak sombong dan arogan. Pada dasarnya,
seseorang kalau dia mempunyai persyaratan khusus dan mampu melalui
persyaratan, mereka berhak saja (bergabung ke Kopassus). Memang kami
dipersiapkan di situ. Jadi ada spesialisasinya. Barangkali Kostrad ada
diberi keahlian khusus, bagus sekali. Jadi dalam kegiatan yang tergabung
itu pas. </blockquote>
<blockquote>
<b>*****</b></blockquote>
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-47863793707928747412012-10-29T12:28:00.000-07:002012-11-22T19:08:01.286-08:00Menggali Laporan Indepth..<span style="font-family: Arial; font-size: small;"><b>Laporan Utama</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: x-large;"><b>Kitab Baru Sang Teroris</b></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Polisi menggelar siaga tinggi untuk mencegah siklus tahunan bom, sejak pekan lalu.
Azahari tewas. Noor Din M. Top lenyap. Tapi<span id="dtx-highlighting-item"> ancaman </span>tetap subur. Kini beredar
"buku panduan" baru terorisme mandiri. Manual itu bisa memandu siapa pun untuk
melahirkan teror sekelas bom Bali II. Inilah laporan Tempo. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">+ </span><span style="font-family: Arial; font-size: small;"><b>Apakah komputer jinjing yang dipakai Imam Samudra untuk chatting sudah
menjadi barang bukti?</b></span><span style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
- Tidak ada (komputer jinjing).<br />
+ </span><span style="font-family: Arial; font-size: small;"><b>Jadi dia memakai apa?</b></span><span style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
- Komputer meja, komputer jinjing. Entahllah. Kan sama saja.<br />
+ </span><span style="font-family: Arial; font-size: small;"><b>Komputer meja di dalam penjara?</b></span><span style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
- Justru itu yang menarik. Penyidik juga berpikir boleh jadi dia tidak chatting di
selnya. Bisa di ruang sipir.<br />
+ </span><span style="font-family: Arial; font-size: small;"><b>Anda sudah membaca isi chatting?</b></span><span style="font-family: Arial; font-size: small;"><br />
- Maaf, itu harga mati. Kami tidak akan mmengumumkannya.</span><br />
<div align="center">
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">v v v</span></div>
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">INI petikan percakapan Tempo dengan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal
Purwoko di kantornya, Jumat petang pekan lalu. Polisi sudah mencokok dua lawan
bicara Imam via Internet, Agung Setyadi dan Agung Prabowo. Tapi misteri chatting
Imam Samudra di penjara Kerobokan, Denpasar—yang ramai diberitakan media sejak
tiga pekan lalu—belum terkuak. Satu buron masih gentayangan. "Sebut saja Mr X,"
ujar Kepala Polri Jenderal Sutanto. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Purwoko memilih tutup mulut. Sutanto cuma memberikan kode nama. Ya, Imam
Samudra hanya satu titik<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>gudang besar terorisme yang harus disisir polisi.
Mereka memilih bersikap ekstra hati-hati. Sumber di kepolisian yang pernah
melongok rekaman chatting Imam menuturkan, sebagian besar isinya hanya obrolan
perintang waktu. "Kata-katanya jorok menjurus porno," ujarnya kepada Tempo.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Lalu dia menambahkan dengan wajah muram, kata-kata jorok itu diduga berisi
petunjuk operasi bom Bali II yang mengempaskan Bali pada 1 Oktober 2005.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Agustus hingga November boleh dikata menjadi "jadwal rutin" aksi teror di Indonesia,
setidaknya dalam lima tahun terakhir. Maka sejak pekan lalu, polisi menggelar siaga
tinggi terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menyambut "bulan-bulan bom".</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Kepolisian Daerah Jawa Timur melakukan operasi kendaraan bermotor saban hari. Di
kawasan protokol Jalan Diponegoro, Surabaya, seseorang ditahan gara-gara
membawa lima keping cakram digital pada Selasa pekan lalu. Dia dilepas setelah
cakram dipastikan hanya berisi data pekerjaan kantor. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Kepolisian Daerah Jawa Tengah melakukan operasi serupa. Kepala Polda Jawa
Tengah Inspektur Jenderal Dody Sumantyawan bahkan mengundang semua kepala
desa untuk berkumpul pada pekan depan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Semua desa diminta menghidupkan lagi buku tamu desa. "Setiap tamu identitasnya
harus dicatat," kata Dody. "Gerakan teroris seperti balon air, dipencet kanan lari ke
kiri, dipencet kiri lari ke kanan," dia menambahkan. </span><br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Sidney Jones, peneliti jaringan teroris di Indonesia<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>International Crisis Group,
berpendapat gerakan kelompok Noor Din sebetulnya telah menyempit. "Dukungan
personel dan dana jauh berkurang," katanya. Tetapi potensi bahaya masih kuat.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Jones mencontohkan, Noor Din tidak pernah lelah mencetak kader-kader siap-jihad
selama dalam persembunyian. Adapun Azahari selalu dikitari murid yang cergas
belajar merangkai bom.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Toh, seorang pengurus wilayah organisasi Jamaah Islamiyah Jawa Tengah
menganggap operasi polisi di kedua provinsi itu berlebihan. "Bisa apa, Mas, orangnya
(kelompok teroris) sudah habis," katanya kepada Tempo. Boleh jadi demikian. Namun <span id="dtx-highlighting-item">
ancaman </span>teror tetap bisa datang<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>pintu yang lain.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Beberapa bulan terakhir misalnya, telah beredar satu buku manual baru di antara
beberapa kelompok jihad. Manual itu berisi resep membuat sel atau kelompok jihad
mandiri. Seorang sumber yang memiliki salinan buku itu mengizinkan Tempo
membacanya. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Setebal 82 halaman, buku itu disusun dalam bahasa Indonesia yang mudah
dipahami. Jika buku itu jatuh di tengah jalan dan ditemukan si Fulan, dia bisa
membuat sebuah sel jihad tanpa banyak kesulitan. Syarat mutlak hanya satu. Dia
harus bisa memimpin. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Tiada keterangan nama pengarang buku. Inilah kalimat pembukanya: </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">+ Setiap hari jumlah orang yang berjihad semakin banyak. Alhamdulillah!</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Selanjutnya, buku itu menerangkan ideologi dan mengutip ayat-ayat suci pembenaran
jihad dengan cara teror. Bab-bab selanjutnya menuliskan dengan rinci cara
penggalangan dana, rekrutmen anggota sel, pembagian tugas tiap anggota, cara
pelatihan, hingga syarat-syarat menentukan tempat pertemuan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Disebutkan di situ, hanya butuh waktu enam bulan untuk membentuk sel komplet.
Rekrutmen menjadi babak amat penting. Setiap calon anggota dikeker dengan ketat
latar belakangnya. Apa catatan hidupnya saat usia 12 hingga 18 tahun. Usia itu
dianggap masa pembentukan karakter. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Nah, setiap calon anggota diberi ujian dengan tingkat kesulitan bertahap. Tugas bisa
bermula sebagai kurir surat. Jika lulus, derajatnya naik. Dia diizinkan mengirimkan
dokumen—sembari dibuat simulasi seolah-olah ada operasi penangkapan oleh polisi.
Setelah bakat dan kemampuan si calon lolos "uji kelayakan", spesialisasi tugas
mulai diperkenalkan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Di antaranya, spesialisasi dakwah, intelijen dan keamanan, kemampuan berkomputer
dan Internet. Seorang anggota yang mempunyai latar belakang teknik bisa dilatih
merancang bom.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;"><span id="dtx-highlighting-item">Dari </span>mana dana untuk semua kegiatan ini? Ada infak, tentu saja. Para anggota
didorong membuat bisnis kelompok. Anggota sel juga diwajibkan terlibat dalam
kegiatan masyarakat sekitar. Salah satu kalimat di buku manual itu berbunyi:</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">+ Upayakan selalu hadir dalam acara perkawinan atau selamatan yang diadakan di
lingkungan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Keamanan dokumen adalah soal mahapenting. Sebotol bensin dan korek api wajib
disiapkan di samping komputer. Beberapa alamat situs yang menyediakan program
penghancur dokumen dalam sekejap direkomendasikan untuk diunduh. Pada bagian
akhir buku terpampang pesan:</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">+ Kami berharap kalian menyempurnakan tulisan ini berdasarkan pengalaman khusus
yang kalian miliki. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Semoga dilindungi Allah, juga Syeik Abu Abdillah Osamah bin
Ladin, mujahid jaman ini penakluk pasukan komunis dan Amerika Serikat.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Pemilik buku itu maupun beberapa sumber relevan yang dihubungi Tempo tidak bisa
memastikan kapan manual itu terbit dan seberapa luas peredarannya. Jika sudah
terpegang oleh banyak tangan, kemunculan kelompok jihad baru akan kian sulit
dilacak. Sebab, mereka bisa melakukan operasi penyerangan tanpa harus dikomando
oleh Noor Din M. Top, misalnya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Langkah-langkah yang diterangkan dalam buku itu serupa benar dengan beberapa sel
yang membantu pelarian Noor Din dan Azahari saat mereka menyiapkan bom Bali II.
Salah satunya Subur Sugiyarto, buruh bangunan di Semarang yang pernah
membentuk tiga sel. Tiap sel memiliki spesialisasi masing-masing (lihat Pertalian
Empat Sel). </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Bentuk sel lain bisa kita lihat di Tomini, sekitar 300 kilometer<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>Palu, ibu kota
Sulawesi Tengah. Terdiri<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>sepuluh orang, kelompok ini dipimpin Ustad Aan alias
Opo. Mereka diburu polisi gara-gara mengumpulkan dana atau fa'i dengan cara
merampok pada Februari lalu. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Fenny Tanriono, pedagang cokelat setempat, menjadi korban. Dia mengalami
kerugian uang Rp 3 juta, dua telepon genggam, dan dua jam tangan. Tubuh Fredy,
sopir Fenny, tertembus peluru oleh para pelaku fa'i. Namun nyawanya masih
terselamatkan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Polisi menangkap kelompok Opo dua bulan kemudian. Para pelaku menyebut Aan
dengan panggilan amir. Artinya, pemimpin. Hingga pekan lalu, delapan<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>sepuluh
anggota komplotan sudah tertangkap. Kasus perampokan itu masih disidangkan di
Pengadilan Negeri Palu. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Sumber Tempo di kelompok Mujahidin Poso menjelaskan, Opo bukan anggota inti
mereka. Dia baru tiga bulan mengikuti pengajian yang membahas soal fa'i. "Belum
matang ilmunya, dia nekat beroperasi," kata si sumber. Apakah mereka membaca
manual pembentukan sel? Hal itu tidak terjawab di pengadilan. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Pelaku teror di Indonesia sebagian besar berasal<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>organisasi Jamaah Islamiyah.
Mereka memulai serangan pada 1 Agustus 2000 dengan menghantam Kedutaan
Besar Filipina di Menteng, Jakarta Pusat. Tapi polisi baru memperhitungkan bahaya
kelompok ini setelah bom Bali 12 Oktober 2002, yang menewaskan 202 korban dan
melukai lebih<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>300 orang.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Setelah itu, teror praktis menjadi acara tahunan. Terakhir, bom Bali II mengoyak
Jimbaran dan Kuta, 1 Oktober 2005 (lihat infografik). Sejak bom Bali I, polisi
menangkap sekitar 350 orang yang diduga terlibat aksi teror, hidup atau mati.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Para tersangka umumnya menyebut duet warga Malaysia, Noor Din dan Azahari,
sebagai kreator semua serangan. Salah satunya datang<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>Mohamad Cholily, murid
Azahari yang diringkus pada November 2005 di Semarang. Dia divonis 18 tahun
penjara pada Kamis pekan lalu oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Denpasar.</span><br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Dalam dokumen pemeriksaannya yang diperoleh Tempo, Cholily mengaku pernah
mendengar pesan sang guru yang berkata:</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">+ "Serangan bom harus dilakukan setahun sekali."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Tempo mencatat ada sejumlah nama yang diduga terlibat aksi teror masih buron
sampai sekarang. Sebagian adalah alumni Perang Afganistan tahun 1990-an (lihat
Para Lelaki di Sekitar Mami). Amat dikhawatirkan, manual terorisme mandiri bakal
dengan cepat memperkuat jaringan mereka. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Gagasan membuat sel yang mandiri dan terdesentralisasi dipelopori Mustafa
Setmariam Nasar, 48 tahun. Pria kelahiran Suriah ini menyebarkan modul pembuatan
sel melalui Internet sekitar tiga tahun lalu. Terdiri<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>1.600 halaman, modul itu diberi
judul The Call for a Global Islamic Resistance.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Nasar memakai nama pena Abu Musab al-Suri. Dia menulis, antara lain:</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">+ "Lawan begitu kuat dan berkuasa. Kita lemah dan miskin. Perang bakal
berlangsung lama. Cara terbaik untuk melawan adalah melalui jihad revolusioner."</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Sejumlah pengamat teroris dunia melihat<span id="dtx-highlighting-item"> dari </span>cara membentuk sel, rekrutmen
anggota, serta teknik menyiapkan serangan, modul Nasar diterapkan oleh para teroris
yang menyerang Casablanca (2003), Madrid (2004), dan London (2005). </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Pada November 2004, Amerika Serikat sempat menyayembarakan kepala Nasar
seharga US$ 5 juta (setara Rp 45 miliar lebih). Nama Nasar muncul lagi di harian The
Washington Post pada Mei 2005. Di situ disebutkan dia telah ditangkap polisi
Pakistan di perbatasan Kota Quetta. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Bisa jadi. Yang tak bisa ditangkap adalah manualnya, yang telah menerabas hingga
Indonesia. Ringkas dan mudah dipahami, manual versi Indonesia ini dilengkapi
muatan lokal yang "mendekatkan" pembaca dengan materi. Ibarat resep, menu telah
dicocokkan dengan lidah lokal. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Lima tahun terakhir menu itu dilepas pada rentang Agustus-November. </span><br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Seorang polisi mengaku kepada Tempo: "Kami memang bersiaga menyambut 'bulan
jihad' para teroris." </span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;"><b>Agung Rulianto, Kurie Suditomo, Eduardus Karel Dewanto (Jakarta), Kukuh S.
Wibowo (Surabaya), Rofiuddin (Semarang), Darlis Muhammad (Palu), Imron
Rosyid (Solo)</b></span><br />
<span style="font-family: Arial; font-size: small;"><b><i>copyright TEMPO 2003</i></b></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-88526712868776770102012-10-29T12:20:00.000-07:002012-10-29T12:20:13.342-07:00Makan di Amigos, Dont Worry..ANCAMAN PENYAKIT RESTORAN AMIGOS<br />
___________________________________________<br />
<br />
<br />
Merasa gengsi makan di warung kaki lima? Sudah bukan<br />
jamannya lagi. Saat ini, sudah jadi tren pegawai kantoran<br />
dan mahasiswa mengonsumsi makan murah di sudut-sudut<br />
gedung pencakar kota metropolitan. Bahkan, ada istilah<br />
untuk tempat makan seperti ini, yaitu 'restoran amigos'<br />
(agak minggir got sedikit).<br />
<br />
Warung-warung makan murah yang terselip diantara<br />
gedung-gedung perkantoran, menyediakan aneka rupa<br />
makanan. Mulai dari nasi rames, nasi goreng sampai<br />
sate panggang. Namun, dibalik rasanya yang lezat dan<br />
harganya yang miring, 'restoran amigos' memiliki risiko<br />
tesendiri. Yaitu, rawan penyakit tipus, kolera, disentri,<br />
cacingan, dan hepatitis.<br />
<br />
Dr. Handrawan Nadesul, dokter Rumah Sakit Cipto<br />
Mangunkusumo (RSCM) mengingatkan banyaknya<br />
pegawai di gedung-gedung bertingkat masuk rumah<br />
sakit gara-gara makan di warung kaki lima. Mereka<br />
kebanyakan lebih memilih makan di warung kaki<br />
lima ketimbang di restoran atau kantin gedung<br />
tempatnya bekerja dengan alasan harganya lebih<br />
terjangkau.<br />
<br />
Kasus terserang penyakit tipus paling sering muncul.<br />
Diduga, sumber penularnya melalui pramusaji warung.<br />
Habis dari jamban mungkin tidak cuci tangan, langsung<br />
menyendok nasi, memegang lauk, menyomot bawang<br />
goreng.<br />
<br />
Di tubuhnya bercokol kuman tipus salmonella typhi.<br />
Bila kuman tipusnya masih tinggal di jemarinya, maka<br />
dengan cara begitu seperti itulah kebanyakan penyakit<br />
infeksi perut ditularkan.<br />
<br />
Hal sama terjadi dengan kolera, disentri, cacingan,<br />
hepatitis, atau keracunan makanan. Pangkal muasalnya<br />
akibat sanitasi kaki lima yang buruk, selain higiene<br />
penjajanya buruk. Sekali pun penjajanya bukan penular<br />
penyakit, beragam bibit penyakit sudah bertebaran di<br />
sekitarnya. Mungkin dari air pencuci piring, air minum,<br />
air cuci tangan tercemar, sebab diambil dari sumber<br />
tak bersih.<br />
<br />
Khusus untuk penggemar lalap mentah harus mewaspadai<br />
kuman coli, jenis kuman pencemar air paling banyak di<br />
air sungai. Sebagaimana diketahui, sayuran yang masuk<br />
Jakarta umumnya dicuci di selokan atau memakai air<br />
kali. Tidak heran jika kasus cacingan orang kota diduga<br />
ditularkan lewat lalapan mentah. Bahkan dari beberapa<br />
penelitian diketahui, sayur yang dijual di supermarket<br />
di Jakarta yang tampaknya bersih ada yang tercemar<br />
telur cacing.<br />
<br />
Amati cara penjual ketoprak, rujak bebeg atau buah dingin<br />
menyiapkan sajiannya. Dengan tangan telanjang habis<br />
memegang uang, tanpa cuci tangan langsung melayani.<br />
Itu berarti segala virus, kuman, jamur, atau telur cacing<br />
di sela kuku mudah pindah ke makanan yang disajikan.<br />
<br />
Kalau pun sempat melap tangan, lapnya umumnya lebih<br />
dekil dari gombal. Piring, gelas, sendok, dilap memakai<br />
lap itu juga. Mungkin juga lap itu buat menyeka mulut<br />
dan keringat.<br />
<br />
Buah dingin pun disiapkan dengan mengupas buah tanpa<br />
sarung tangan dan pisau yang belum steril. Pendinginan<br />
buah memakai es batu pun belum tentu membunuh bibit<br />
penyakit yang telanjur mencemari gerobak buah dinginnya.<br />
Maka jika disiapkan oleh penjaja yang jorok, mencucinya<br />
dengan air kotor, atau ia seorang pembawa kuman, buah<br />
dingin itu berpotensi menjadi sumber penyakit.<br />
<br />
Berbeda dengan makanan yang terbuat dari bahan<br />
mentah. Jenis jajanan soto, sop, mie rebus, dan gorengan,<br />
umumnya lebih aman. Sekalipun mungkin jorok<br />
penyajiannya, namun bibit penyakit pencemarnya akan<br />
mati oleh suhu panas yang rata-rata sampai mendidih.<br />
<br />
Jadi kesimpulannya, jajanan panas lebih aman. Tapi yang<br />
lebih aman, membawa makanan dari rumah. Tampaknya<br />
nasihat bijaksana dari ibu disaat kecil dulu agar tidak<br />
jajan sembarangan, masih berlaku hingga sekarang. ***<br />
<br />
(Eduardus Karel Dewanto-Tempo News Room)<br />
Hangtuah Digital LibraryUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-27434991979114821982012-10-29T12:12:00.001-07:002012-10-29T12:12:25.647-07:00Papua Riwayatmu Dulu<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";">Budaya
dan Modernisasi Pengaruhi Perilaku Seks</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";">Sebuah
penelitian yang dikomandoi Lesslie Butt Ph.d, seorang peneliti Aksi Stop AIDS
Family Health International (ASA/FHI) bekerja sama dengan United State Agency
for International Development (USAID) dan Lembaga Penelitian Universitas
Cendrawasih menggali hubungan antara rata-rata infeksi HIV/AIDS dan kebudayaan
dan perubahan sosial di Papua. Alasannya sejumlah penelitian menyebutkan bahwa
97 persen faktor penyebaran HIV/AIDS di Papua melalui hubungan seksual.
Propinsi ini memiliki prevalensi kasus HIV/AIDS paling tinggi di Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";">Data
Dinas Kesehatan Propinsi Papua menyebutkan kasus HIV/AIDS di wilayahnya
mencapai 634 kasus per 31 Oktober 2001. Dalam satu tahun ini, kasus tersebut
telah meningkat sepertiga dibanding tahun lalu. Sebagian besar penyebarannya
diketahui akibat hubungan heteroseksual maupun homoseksual. Sementara sedikit
lainnya terjadi pada proses kehamilan bayi dan transfusi darah.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";">Menurut
Lesslie Butt yang juga pengajar di Universitas Victoria Australia, perspektif
budaya dan modernisasi memiliki efek besar mempengaruhi kegiatan seksualitas
sehari-hari. Kepercayaan kematian, kecantikan, nafsu, acara perkawinan maupun
berpacaran. Namun perubahan sosial sangat besar terpengaruh sistem keuangan
global dan pemerintahan. Begitu pula masih kuatnya sistem lokal seperti sanksi
dan pembayaran mas kawin.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";">Dampak
modernisasi lingkungan seksual Papua di antaranya komersialisasi hubungan
seksual, konsep dan perilaku baru, perubahan struktur perkawinan dan
tanggungjawab keluarga. Efek modernisasi menyebabkan seks komersial lebih
tersebar luas melalui mobilitas ke kota. Ini didorong hal-hal baru seperti film
porno dan minuman keras.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";"><br />
Penelitian 14 hari ini dilakukan dengan mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif melalui survei seksualitas umum di Kabupaten Merauke, Jayawijaya,
Jayapura dan Sorong. Metode lainnya travel diaries untuk mendapatkan informasi
kebenaran tinggi tentang perilaku seksual sehari-hari. Termasuk melihat sejauh
mana hubungan antara pelaku seksual dan faktor-faktor lain seperti pemakaian
kondom, pola minum dan mobilitas.<br />
<br />
Prosentase responden yang melakukan hubungan seks dengan lebih satu pasangan
dalam tahun terakhir sejumlah 29 persen dan 27 persen pada satu pasangan.
Rata-rata penyakit menular seksual 16 persen dengan perbedaan selisih gender
minimal. Pengaruh budaya terhadap perilaku seksual itu termasuk sistem sanksi
atau denda bila terjadi hubungan di luar pernikahan, perubahan pembayaran mas
kawin dan cara perkawinan seperti poligami.</span><span style="font-family: "Comic Sans MS"; mso-ansi-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";"><br />
Ada empat macam perilaku seksual berisiko tinggi dalam masyarakat. Di antaranya
prosentase responden yang berhubungan seks pertama kali di bawah umur 16 tahun,
seks laki-laki di atas umur 30 tahun dengan wanita di bawah usia 20 tahun
remaja 25 tahun yang pernah berhubungan seks sebelum usia 20 tahun dan yang
pernah melakukan seks antre. Semua itu berkaitan dengan pengetahuan tentang
HIV/AIDS dan penggunaan kondom. Responden yang pernah mendengar HIV/AIDS dan
yang bisa menyebut kondom masih kecil.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";">Seks
komersial adalah sistem hubungan seks resmi yang terbagi beberapa tingkat. Drs.
Jake Morin M.Kes salah satu peneliti ASA/FHI mengatakan, waria merupakan risiko
tinggi seksual di Abepura dan Sorong berjumlah 225 orang. Mereka banyak tinggal
sendiri, menyewa kamar terlepas dari keluarga. Pekerjaan waria bervariasi. Ada
di bar, pekerja seks jalanan, pegawai negeri, pegawai swasta dan pegawai salon.
"Pekerjaan di salon merupakan proporsi paling banyak. Dan frekuensi
penggunaan dan pengetahuan kondom sangat rendah." ujar Morin,</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";">Sedangkan
kelompok risiko tinggi pekerja seks komersial (PSK) di Papua kurang lebih 2000
orang di kota. Tempat tinggalnya di kamar sewaan. kelab malam, lokalisasi dan
rumah pribadi. Para pekerja seks di Merauke, Wamena dan Sorong berasal dari
berbagai daerah. Mayoritas pekeda seks 'terbuka' di jalanan adalah wanita asli
Papua. Pekerja seks di bar, lokalisasi dan terselubung adalah pendatang.
Sedangkan pekerja seks jalanan tertutup (hubungan seks di kamar hotel atau di
rumah) campuran pendatang dan Papua.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Comic Sans MS";">Penelitian
ini memberi tiga rekomendasi pencegahan melalui perubahan perilaku, pencegahan
lewat promosi solidaritas masyarakat dan pencegahan kelompok risiko tinggi.
Secara umum harus mencegah dengan menaikkan kesadaran pamakaian kondom di desa,
karena kesempatan hubungan seksualnya sama tinggi dengan kota. Selain itu,
program mengedarkan masyarakat soal masalah remaja sangat diperlukan. Untuk
waria harus dibangun program menaikkan kesadaran bersama dengan masyarakat
secara umum tentang bahaya seks anal tanpa kondom. <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">eduardus karel dewanto.</b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-9281089632898204872012-10-29T12:07:00.002-07:002012-10-29T12:07:43.452-07:00Patani Lima Tahun Silam<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Atas Nama Malayu Patani</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">20 Januari 2007</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Konflik bersenjata di Thailand Selatan terus berkecamuk. Pemerintah enggan
berunding dengan pemberontak.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dua orang yang berboncengan sepeda motor muncul dari balik kabut pagi di Yala,
Thailand Selatan, Senin pekan lalu. Si pembonceng tiba-tiba mengangkat senapan
yang disandangnya, membidik seorang lelaki yang sedang membuka kedai di simpang
jalan. Lelaki itu, Abdulmanan Jaesaw, 34 tahun, roboh seketika. Kepalanya
bocor, darah mengucur deras. Tamat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Abdulmanan dikenal propemerintah. Guru mengaji itu menyokong kampanye
perdamaian di Thailand Selatan, dekat perbatasan Malaysia. Gerai miliknya turut
mencetak poster dan spanduk berisi pesan damai. Karena itu, polisi segera
menuding kelompok militan muslim sebagai pelaku pembunuhan. ”Mereka jaringan
militan di selatan,” kata Komandan Polisi Kota Yala, Kolonel Parnpitak
Thepchudeang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pekan sebelumnya, dua warga Buddha Yala juga tewas dalam serangan serupa.
Sukit Yingsong, 28 tahun, relawan perdamaian, dan ayahnya yang lumpuh, Kan
Yingsong, 60 tahun, diguyur peluru kelompok bertopeng. Pada hari yang sama,
Maae Wantae, 37 tahun, Wakil Kepala Desa Rangae, distrik Provinsi Narathiwat,
tewas diserang kelompok bersenjata. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Selama 20 bulan konflik di Thailand Selatan, sudah ada 870 korban jiwa.
Ketegangan bermula ketika Januari tahun lalu sekelompok massa bersenjata
menyerbu tangsi di Narathiwat. Empat serdadu tewas, 300 pucuk senjata dan
amunisi lenyap. Pemerintah melakukan serangan balasan yang menewaskan 108 orang
pada 28 April. Setelah itu, 87 aktivis Islam Patani tewas kehabisan napas
karena ditumpuk di truk setelah berunjuk rasa di Kota Tak Bai, Oktober
lalu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sejak dua peristiwa itu, Thailand Selatan, yang banyak dihuni kelompok
minoritas muslim, semakin panas. Gerilyawan menyerang aparat dan warga
propemerintah. Juli lalu, pemerintah memberlakukan undang-undang darurat untuk
meredam perlawanan. Di bawah undang-undang itu, aparat boleh menahan orang yang
dicurigai selama tujuh hari, menyensor surat kabar, dan menyadap pembicaraan
telepon. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Masalahnya tetap tak selesai. Serangan kini justru meruyak ke sekolah, pos
polisi, dan barak-barak militer di tiga provinsi di selatan: Yala, Patani, dan
Narathiwat. </span><span lang="IT" style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IT; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Selebaran gelap tulisan tangan
tanpa identitas beredar di mana-mana. Warga yang beraktivitas pada hari Jumat
diancam bakal dipotong telinganya. Ekor itu nyaris lumpuh.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IT; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pekan lalu, untuk pertama kalinya Organisasi Pembebasan Patani Bersatu,
PULO, menyatakan diri sebagai kelompok yang bertanggung jawab atas semua aksi
itu. Menurut juru bicara PULO, berbagai aksi itu adalah bagian dari perjuangan
kemerdekaan suku Melayu di Thailand. ”Tujuan kami merebut kembali hak kami,”
kata tokoh yang merahasiakan identitasnya itu. ”Patani milik kaum Melayu.” Ia
mengaku tak punya hubungan dengan jaringan Al-Qaidah maupun Jamaah
Islamiyah. </span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IT; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Perdana Menteri Thaksin Shinawatra ketar-ketir juga oleh maraknya aksi
pembunuhan dalam tiga pekan terakhir. Apalagi popularitasnya sedang terjun
bebas ke titik nadir. Karena itu, ia memperketat undang-undang darurat: masa
penahanan orang yang dicurigai diperpanjang hingga 30 hari, tanpa dakwaan.
”Senat akan voting dan saya harap bisa diterima,” katanya kepada Radio
Nederland. </span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IT; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kampanye perdamaian tetap dikibarkan. Untuk meyakinkan warga, Thaksin turun
ke pasar-pasar, pertokoan, perkantoran, dan permukiman warga muslim maupun
Buddha. </span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Burung-burung kertas simbol damai
disebarluaskan. Di warung-warung teh, layanan TV kabel ditawarkan untuk
hiburan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Di tengah gencarnya kampanye perdamaian, petinggi PULO mengklaim telah
bertemu Thaksin pada 24-27 Agustus di Lausanne, Swiss, untuk membicarakan upaya
damai. Tapi klaim ini segera dibantah pemerintah. ”Klaim itu hanya untuk
membuat kaum militan seolah penting,” kata Deputi Perdana Menteri Chidchai
Vanasathidya. Di depan ribuan warga Buddha dan muslim Patani, Menteri
Pertahanan Thamarak Isarangura malah berjanji menambah pasukan. Nah! </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 6.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Eduardus Karel Dewanto (Bangkok Post, Reuters, Aljazeera, Khaleed Times,
AFP) </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sumber: <i>Majalah Tempo</i></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-42740366381918152242012-10-29T11:45:00.002-07:002012-10-29T11:45:49.334-07:00Apa Kabarmu Papua ?<h3>
HIV/AIDS Mencengkeram Papua</h3>
<br />
<div style="text-align: center;">
<strong>HIV/AIDS Mencengkeram Papua</strong></div>
<div style="text-align: center;">
Informasi dikumpulkan oleh relawan YAI<br />Dokumentasi Koran Tempo<br />Senin, 26 November 2001</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bupati Merauke John Glupe Gepze menabuh
genderang perang terhadap HIV/AIDS. "Kita nyatakan HIV/AIDS sebagai
musuh kita. Ini keadaan darurat." Penderita HIV/AIDS di Papua per 31
Oktober sebanyak 634 jiwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayup-sayup dentuman musik keras
berirama disko dangdut terdengar halus bila menyusuri jalan tanah
setapak di sebuah sudut Kabupaten Merauke. Semakin mendekat, dentuman
musik itu semakin jelas meraung-raung dari dalam sebuah kompleks
rumah-rumah sederhana berjajar rapi di atas rawa dengan bangunan
sederhana terbuat dari papan kayu seadanya. Orang mengenalnya sebagai
kompleks lokalisasi pekerja seks 'Hotel Terapung' Yeobar (baca: rawa),</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat itu berjarak tiga kilometer dari
pusat kota. Hanya ada satu-satunya jalur menujunya, becek tak
berpenerangan. Kiri-kanannya terhampar tanah kosong berupa rawa dan
pemakaman adat. Melintasi jalan itu, tercium bau menyengat khas asin
daerah pesisir yang memang berjarak 500 meter. Tak sembarangan orang
berani melaluinya. "Kalau orang sudah masuk ke sini, pasti sudah niat
untuk melampiaskan nafsunya," ujar Fransisca Nuhuyanan, seorang
pendamping ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) Yayasan Santo Antonius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tempat lain, satu sudut ruang temaram
kelab malam di Merauke, seorang wanita duduk santai di sofa berempuk
warna cokelat. Bibirnya menor, dandanannya seronok. Rose, 28 tahun,
begitu ia mengaku, setiap hari harus selalu berpenampilan seperti itu.
Ibarat barang dagangan yang dipajang di atas etalase. Tuntutan ini tak
lain karena pekerjaannya sebagai pekerja seks di sebuah kelab malam di
sudut kota di Papua. "Saya terpaksa seperti ini gara-gara suami. Dia
pergi bawa perempuan lain," ucapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pekerjaan memuaskan kenikmatan sesaat
banyak membuat orang lupa segalanya. Padahal entah disadari atau tak
mempedulikannya, pekerjaan dan tempat seperti itu banyak menjadi sarang
penyakit berbahaya. Penyakit yang bisa saja tumbuh dari para pelanggan
mereka, seperti Human Immune defficiency Virus/Acquired Immune
Defficiency Syndrome (HIV/AIDS) Yang belum ditemukan penawarnya hingga
saat ini. Penyakit ini menggerogoti kekebalan tubuh manusia
perlahan-lahan dan berakhir pada kematian. Padahal berbagai penelitian
menyebutkan Papua tertinggi penularannya melalui hubungan seks.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dwi Suparmi, 30 tahun, bukan nama
sebenarnya, adalah salah satu korbannya. Kendati sudah mengidap HIV, la
terpaksa terus menjalankan profesinya sebagai pekerja seks di kawasan
'Beirusak' alias Belakang Rumah Sakit. Hingga menjelang Ramadan la masih
terus menerima pelanggan. Berangkat pagi dan pulang malam dini hari.
"Ya saya sadar kalau saya sakit. Tapi saya butuh uang untuk bayar
hutang," tutur Suparmi ketika menjawab pertanyaan Tim Aksi Stop AIDS
(ASA) yang diprakarsai Family Health International (FHI) bekerja sama
dengan United State Agency for International Development (USAID) pekan
lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena pekerjaannya inilah, wanita asal
Klaten itu harus menanggung beban penyakit yang sangat ditakuti
masyarakat. Ia mengetahui darahnya terjangkit HIV/AIDS positif ketika
melakukan dua kali tes darah di rumah sakit pertengahan 1999. Sudah tiga
tahun ini, ia mengidap HIV/AIDS dan selalu berusaha menyembunyikan
penyakitnya dari pelanggan maupun masyarakat sekitarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sejak mengidap HIV/AIDS, Suparmi
langsung mendapat pendampingan dari relawan Yayasan Santo Antonius
(Yasanto) Merauke. Hidupnya di lokalisasi selalu diawasi dan dibimbing
para relawan. Karena itulah, ia dapat menyadari bahaya penyakitnya bagi
orang lain. Ada semacam ketukan nurani dari dirinya untuk berusaha
menjaga agar orang lain tidak tertular penyakitnya. "Makanya biar tamu
nggak tertular saya minta pakai kondom. Kalau dari mereka tidak mau
pakai kondom ya saya tolak saja," ungkapnya. Makanya, dia selalu
menyisihkan penghasilannya untuk membeli kondom. 'Paling cuma Rp 5 ribu
saja kok, tapi orang lain nggak ketularan penyakit saya ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini Suparmi menjadi bagian dari relawan
Yasanto. Ia juga berjanji akan tetap hidup di Merauke memberikan
pengarahan kepada sesama pekerja seks untuk memasyarakatkan kondom.
Karena kondom satu-satunya yang paling efektif mencegah penyakit akibat
hubungan seks. Bahkan niat itu pernah mendorongya menolak saran untuk
kembali ke kampung halaman. Selain itu, la juga trauma dengan cerita
teman-temannya yang diasingkan keluarga dan tetangganya. "Nggak ada sih
niat pulang ke Jawa. Nggak usahlah kasih tahu orang (keluarga), biar
kita mati di sini saja," ungkapnya pasrah. Cukup tiap malam untuk
mencapai harapannya itu , la selalu salat tahajud.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat kondisi yang semakin
memprihatinkan, Bupati Merauke John Glupe Gepze menabuh genderang perang
terhadap HIV/AIDS, 'Kita nyatakan HIVIAIDS sebagai 'musuh' kita. lni
keadaan darurat,' lontar Bupati berjanji kepada rakyatnya akan memerangi
penyakit mematikan itu. Ini bukanlah tanggungjawab moral terhadap
rakyat yang ringan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rencananya, pelaksanaannya akan dimulai
per 1 Desember 2001 mendatang persis ketika dunia merayakan Hari AIDS.
Seluruh aparat pemerintah sudah disiagakan untuk bergerak serentak
bersama tokoh adat, tokoh agama dan organisasi non pemerintah. Para
tokoh agama dan tokoh adat akan dititipi pesan 'sponsor' mengenai
masalah HIV/AIDS dalam ceramah di tempat ibadah dan sukunya. Berbagai
media massa baik cetak maupun elektronik akan dianjurkan untuk
menyiarkan secara rutin tentang ancaman HIV/AIDS,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gebrakan itu akan berlanjut dengan
program kondomisasi bagi seluruh masyarakat secara besar-besaran dalam
peringatan satu Abad Merauke, 12 Februari 2002 mendatang. Akan
disebarkan poster dan pamflet tanda bahaya bahwa Merauke menjadi tempat
tertinggi HIV/AIDS. Foto-foto para korban dipasang dengan menutup pada
bagian matanya. "Ini agar orang tahu bahayanya penyakit ini. Akan saya
katakan kepada mereka, ini sudah 300 orang mati di Merauke karena
HIV/AIDS, apa mau ada yang menyusul?" ucapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Awal November lalu, pemerintah daerah
Papua memberangkatkan satu tim pemerhati HIV/AIDS ke Uganda untuk
melakukan pembandingan penanganan HIV/AIDS. Negara itu dipilih karena
Uganda merupakan salah satu negara yang sebagai anggota keluarga di
masyarakatnya mengidap HIV/AIDS. Pemerintah di sana tengah serius
menangani kasus ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agar kampanye di Papua mengena pada
masyarakat, komunikasi penyampaian informasi harus praktis dan mudah
diterima masyarakat Cukup dalam bentuk percakapan kecil, "Eh, kitorang
habis kubur jenasah. Kenapa? HIV/ADS. Oh iyokah? lyo, sapa tahu kitorang
juga sudah kena kah."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Upaya Bupati cukup beralasan. Kasus di
Papua tengah melonjak drastis dengan prevalensi tinggi per 100 ribu
penduduknya dibanding Jakarta yang berpenduduk padat. Menurut catatan
dari Dinas Kesehatan Propinsi Irian Jaya menyebutkan jumlah total
penderita HIV/AIDS per 31 Oktober sebanyak 634 jiwa dengan perincian HIV
384 jiwa dan AIDS 250 jiwa. Dari total keseluruhan itu, 327 diantaranya
menyebar di Kabupaten Merauke. Padahal Papua hanya memiliki penduduk
sedikit, Jadi pantaslah bila Gepze keras meneriakkan penyelesaian kasus
ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut faktor risiko, kasus tertinggi
melalui penularan hubungan heteroseksual sejumlah 590 jiwa. Deteksi
melalui transfuse darah ditemukan 12 jiwa, kehamilan 7 jiwa, transfuse
darah 3 dan 24 jiwa tidak diketahui. Sedangkan bila dilihat dari jenis
kelamin yang terbanyak laki-laki mencapai 335 jiwa, perempuan 286 jiwa
dan 13 tidak diketahui (waria). Jembatan penularan itu kebanyakan dalam
rentang usia 15-49 tahun dengan status kewarganegaraan Indonesia 545
Iiwa dan 86 asing. Akibat penyakit ini, sudah ada sekitar 250 orang
sudah masuk level AIDS dan 98 meninggal.<b> eduardus karel dewanto</b></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-50639766066573602482012-10-01T17:44:00.001-07:002012-10-15T09:05:41.512-07:00METERAN PLN, AKAL SIAPA ?Kamis, 26 September 2012 Sekitar pukul 12 siang, empat orang dari PLN datang ke rumah. "Permisi bu... mau periksa meteran". Si ibu di dalam rumah, tak lain istriku menyambut dengan baik," silakan pak.. masuk aja..." Petugas PLN pun kemudian mengecek meteran listrik. Satu orang mengeluarkan sebuah alat lalu mencoloknnya ke kabel meteran yang ada di luar. Visual dalam alat tersebut menunjukkan angka 50 lebih. "Ini artinya ada daya yang hilang 50 persen bu." Kata si petugas tersebut.. "ibu harus ke kantor untuk mengurus masalah ini." Istriku pun bingung lalu meneleponku. "Pak, ini meteran rumah katanya bermasalah, ada petugas datang." Aku pun kemudian bertanya masalah apa ?" Dan dijelaskanlah tentang temuan tadi. Karena aku sedang sibuk, lalu meminta istri menyampaikan kepada petugas untuk datang lagi ke rumah esok hari pukul 10 sebelum aku berangkat. Dan petugas pun pergi.<br />
<br />
Di tengah tugas, aku terus kepikiran dengan temuan petugas tersebut. Rasa keingintahuanku pun membuhul kencang. Aku kemudian menghubungi istri menanyakan nomor telepon petugas tadi dan ternyata ditinggalkan. "Berarti petugas ini iktikadnya baik dan benar dari PLN," batinku. Lalu kuhubungi si petugas untuk kembali lagi ke rumah. Si petugas pun mengangguki permintaanku lalu balik kanan ke rumah. Aku pun <br />
segera meluncur pulang. Setiba di rumah, si petugas bernama Eko itu menjelaskan dan menunjukkan masalah dalam meteranku. Memang meteran di rumah itu ada kabel jumper yang aku baru tahu dan melihat istilah jumper tersebut. Aku pun bertanya kepada petugas, apa yang harus aku pertanggungjawabkan, karena ini bukan saalahku. Apalagi aku baru masuk rumah itu dalam hitungan bulan. Si petugas rupanya memintaku untuk datang ke kantor dan menandatangani berkas acara. Aku sendiri saat itu tergesa-gesa dan ingin segera rampung.<br />
<br />
Aku kemudian meluncur ke kantor PLN Marunda, perwakilan di wilayah rumahku. Di sana aku langsung disamput Pak Agus, pimpinan APL P2TL, dan menemuiku langsung. Agus menjelaskannya kepadaku tentang adanya konsekuensi denda atas temuan petugas, meski bukan aku yang berbuat. Kami pun berdebat panjang, karena tak mau membayar sebuah kesalahan yang bukan perbuatanku."kalau saya bayar, artinya saya mengakui berbuat salah dong,' kataku pada Agus. <br />
<br />
Ujung-punya ujung, ajian serat jiwa kuluapkan di situ dengan menelepon sejumlah kenalan di PLN pusat, yang rupanya memberikan jawaban sama. Bahwa aturan memang memberlakukan begitu. Mereka pun mengingatkanku bila membeli rumah harus hati-hati dan dicek semua tidak bermasalah, termasuk listrik. Lah setahuku, selama ini yang aku cek biaya listrik nunggak atau tidak dari pemilik lama. Aku pun kembali berbincang dengan Agus yang juga mendengarkan pembicaraanku. <br />
<br />
"Gini aja pak, saya beri waktu sampai senin kalau mau cari jalan dulu. Yang jelas sistem pasti akan meminta bapak membayar denda. Kalau tidak, bapak berupaya saja menemui penjual untuk mempertanggungjawabkannya." <br />
<br />
Saat itu juga aku menelepon agen penjual rumahku, tapi dia terkesan susah membantu. Dan akhirnya aku ditawari Agus, untuk mengeprint data denda yang harus kubayarkan untuk dipakai nego dengan penjual rumah. Aku pun mengangguk dan terperanjat, ketika tahu angka yang disodorkan mencapai 10 juta lebih. Gila...... Aku pun kemudian pergi dari kantor tersebut dengan lemas. Percuma berdebat dengan Agus, karena dia memang hanya menjalankan perintah. Aku kemudian mencoba mencari jalan keluar, riset di internet dan menghubungi teman-teman yang pernah punya masalah sama. Hasilnya, memang semua nihil dan dimenangkan PLN. Bahkan, aku sempat dibantu seorang bapak, mantan pimpinan PLN untuk menanyakan masalah tersebut. Rupanya pun tak tembus juga. Alhasil, aku harus beriklhas dulu sampai senin, agar pekerjaan di kantor tak terbengkalai. <br />
<br />
Senin, 1 Oktober tiba.. aku bergegas menuju kantor PLN. Tergerak olehku untuk menghubungi langsung pimpinan PLN Marunda, tempatku kena sanksi. Hasilnya rupanya sama, Pak Oki Hermanto, begitu Manajer PLN ini disapa, menerimaku dengan baik-baik melalui telepon. Dia juga tidak bisa apa-apa, hanya bisa memberikan keleluasaan untuk mengangsur sampai satu tahun atau 12 bulan denda tersebut. Pak Oki juga menyarankan untuk mendesak sang agen property rumah mengurusnya, karena ada klausul yang menyatakan dalam akta jual beli bahwa: rumah dipindahtangankan dalam kondisi tidak bermasalah. <br />
<br />
Aku menyepakatinya, lalu menuju ke kantor Agen. Si Agen memang belingsatan bingung. Dia menjanjikan kepadaku untuk terus mencari Edy Kamto, pemilik lama. Di depanku, dia bahkan berusaha menelepon. Nomornya memang sama dengan yang saya miliki. Tapi, nomor itu tak nyambung. Dia kemudian menjanjikan untuk terus mencari jejak Edy Kamto... <br />
<br />
Duuuh..... ribet amat ya.... <br />
<br />
Kini, tinggal keputusanku, antara menunggu penyelesaian atau tetap harus di bayar. Masalahnya, tenggat waktu untuk pembayaran hanya dikasih sampai tiga hari ke depan. Sementara itu, aku juga mencoba menghubungi seorang lawyer yang getol mengurusi kebijakan publik. Tapi setelah itu, aku kembali berpikir... ahh, sudalah.. capek... ikhlaskan saja, semoga ini menjadi uang pembuang sial... Esoknya, aku meluncur ke PLN Marunda untuk menyelesaikan semua administrasi, sehingga aku bisa kembali bekerja dengan tenang. Meski, aku harus menanggung beban yang bukan menjadi kesalahanku....Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-27582959291004936662012-09-27T11:39:00.002-07:002012-09-27T11:39:39.273-07:00Homeschooling vs Sekolah Reguler<span style="font-weight: bold;"></span><br /><br />Apa persamaan dan perbedaan homeschooling dibandingkan sekolah pada umumnya?<br /><br />Persamaan:<br /><br /> * Sekolah dan homeschooling merupakan model pendidikan anak.<br /> * Sekolah dan homeschooling bertujuan untuk mencari kebaikan bagi anak-anak.<br /> * Sama-sama dapat mengantarkan anak-anak pada tujuan pendidikan.<br /><br />Perbedaan:<br /><br /> * Sistem di sekolah terstandardisasi, sistem di homeschooling customized sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga<br />
* Pengelolaan di sekolah terpusat (kurikulumnya diatur), pengelolaan
homeschooling tergantung orang tua (orang tua memilih sendiri kurikulum
dan materi ajar untuk anak)<br /> * Jadwal belajar di sekolah telah tertentu, jadwal belajar homeschooling fleksibel tergantung kesepakatan orang tua-anak.<br />
* Tanggung jawab pendidikan sekolah didelegasikan orang tua kepada guru
dan sekolah, pada homeschooling tanggung jawab sepenuhnya ada di orang
tua.<br /> * Di sekolah, peran orang tua relatif minimal karena
pendidikan dijalankan oleh sistem dan guru; pada homeschooling peran
orang tua sangat vital dan menentukan keberhasilan pendidikan anak.<br />
* Pada model belajar di sekolah, sistem sudah mapan dan orang tua
tinggal memilih/mengikuti; homeschooling membutuhkan komitmen dan
kreativitas orang tua untuk mendesain dan melaksanakan homeschooling
sesuai kebutuhan anak.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Masa depan anak homeschooling</span><br /><br />Pintu
masuk untuk memasuki sebuah profesi adalah keahlian (expertise) dalam
bidang tertentu. Dalam sistem yang umum, salah satu tanda keahlian
ditandai dengan ijazah/sertifikat dari sebuah jenjang pendidikan
tertentu. Selain ijazah, ukuran sebuah keahlian yang lain adalah hasil
karya (output) yang dihasilkan.<br /><br />Jika ijazah dari Perguruan Tinggi
yang menjadi kebutuhan, praktisi homeschooling dapat mengikuti ujian
kesetaraan (Paket A, B, C) dan melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi seperti pendikan reguler pada umumnya.<br /><br />Jika sertifikat
yang menjadi pintu profesi, praktisi homeschooling dapat mengikuti
kursus dan program sertifikasi yang banyak diselenggarakan oleh asosiasi
profesi atau perusahaan swasta tertentu. Banyak profesi di bidang
komputer, bahasa, seni, dan keahlian-keahlian lain yang dapat berawal
dari standar sertifikasi profesi tertentu.<br /><br />Selain dua pintu
profesi di atas, semakin banyak profesi-profesi yang berkembang
berdasarkan output. Perusahaan swasta pun semakin menghargai "portofolio
karya/kemampuan" daripada sekedar ijazah. Sebagian besar
profesi-profesi berdasarkan karya/kemampuan adalah profesi di dunia
modern. Profesi-profesi berorientasi output itu semakin luas dan
memiliki masa depan yang cerah misalnya: bisnis, komputer, marketing,
fotografi, entertainment, tulis-menulis, desain, dan sebagainya.<br /><br />Pada
akhirnya, yang dinilai adalah output. Homeschooling memiliki potensi
besar untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian anak-anak karena sifat
pendidikan homeschooling yang customized dan didesain khusus memenuhi
kebutuhan anak.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Apakah homeschooling mahal atau murah</span><br /><br />Setting
homeschooling sangat tergantung pada keluarga penyelenggara
homeschooling. Berbeda dengan sekolah, di mana orang tua harus
mengeluarkan sebuah biaya tetap yang telah ditetapkan (biaya gedung,
seragam, buku, iuran bulanan, dsb), para praktisi homeschooling memiliki
fleksibilitas untuk menentukan jumlah biaya yang harus dikeluarkan
untuk anak-anak.<br /><br />Isu homeschooling bukan pada biaya yang harus
dikeluarkan untuk pendidikan anak, tetapi pada komitmen dan kreativitas
untuk menjalankan homeschooling. Dengan biaya minimum, Anda dapat
menjalankan homeschooling dengan kreativitas Anda.<br /><br />Yang pasti,
homeschooling tidak gratis karena Anda tetap membutuhkan materi-materi
untuk pendidikan anak-anak Anda dan memperkaya pengetahuan Anda.
Homeschooling dapat menjadi murah kalau Anda dapat memanfaatkan sumber
daya yang sudah Anda miliki sendiri, misalkan barang-barang yang di
rumah, keluarga, teman, tetangga, dan fasilitas-fasilitas umum yang ada
di sekitar Anda. Anda tidak harus membeli, tetapi dapat meminjam,
membeli barang bekas, melakukan daur-ulang (recycle), dan sebagainya.<br /><br />Yang
penting bukanlah mahal-murah, tetapi sejauh mana Anda dapat menyediakan
sarana untuk bahan pendidikan anak-anak dan mencapai tujuan pendidikan
anak-anak Anda.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Kelebihan dan Kekurangan HS</span><br /><br />Kelebihan homeschooling:<br /><br /> * Customized, sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga.<br /> * Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan dalam model sekolah umum.<br /> * Memaksimalkan potensi anak sejak usia dini, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan di sekolah.<br />
* Lebih siap untuk terjun di dunia nyata (real world) karena proses
pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya.<br />
* Kesesuaian pertumbuhan nilai-nilai anak dengan keluarga. Relatif
terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran,
drug, konsumerisme, pornografi, mencontek, dsb).<br /> * Kemampuan bergaul dengan orang tua dan yang berbeda umur (vertical socialization).<br /> * Biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orang tua<br /><br /><br /><br />Kekurangan homeschooling:<br /><br /> * Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang tua<br />
* Sosialisasi seumur (horizontal socialization) relatif rendah
dibandingkan anak sekolah karena anak homeschooling lebih terekspos
dengan sosialiasi lintas umur (vertical socialization).<br /> * Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi, dan kepemimpinan.<br />
* Perlindungan orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan
menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak
terprediksi.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Mana yang lebih baik antara homeschooling dan sekolah reguler?</span><br /><br />Semua
sistem pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan. Satu sistem sesuai
untuk kondisi tertentu dan sistem yang lain lebih sesuai untuk kondisi
yang berbeda. Daripada mencari sistem yang super, lebih baik mencari
sistem yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan kondisi kita.<br /><br />Sistem
pendidikan anak melalui sekolah memang umum dan sudah dipraktekkan
selama bertahun-tahun lamanya. Saat ini, pendidikan melalui sekolah
menjadi pilihan hampir seluruh masyarakat.<br /><br />Tetapi sekolah
bukanlah satu-satunya cara bagi anak untuk memperoleh pendidikannya.
Sekolah hanyalah salah satu cara bagi anak untuk belajar dan memperoleh
pendidikannya. Sebagai sebuah institusi/sistem belajar, sekolah tidaklah
sempurna. Itulah sebabnya, selalu ada peluang pembaruan untuk
memperbaiki sistem pendidikan; baik di level filosofi, insitusi,
approach, dan sebagainya.<br /><br />Sebagai sosok yang bertanggung jawab
untuk mengantarkan anak-anak pada masa depannya, orang tua memiliki
tanggung jawab sekaligus pilihan untuk memberikan yang terbaik bagi
anak-anak. Homeschooling menjadi alternatif pendidikan yang rasional
bagi orang tua; memiliki kelebihan dan kekurangan inheren di dalam
sistemnya.<br /><br />Tugas kita sebagai orang tua adalah memastikan bahwa
kita telah memberikan yang maksimal untuk anak-anak kita, dengan segala
batasan (constraint) yang kita miliki.<br /><br /><br /><br />Sumber FAQUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-38748627547863964122012-09-27T11:38:00.000-07:002012-09-27T11:38:22.739-07:00Homeschooling" Untung dan Rugi"<span class="CommentLarge"><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Pendidikan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">homeschooling</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> seperti </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">school home kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> sangat penting bagi kita yang ingin menjadi manusia penuh dengan ilmu. Pada dasarnya pendidikan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">home school</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> adalah proses dimana kita memperoleh ilmu dengan cara apapun itu, dan pendidikan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">home schooling</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;">
tak hanya melulu berhubungan dengan rutinitas sekolah. Pendidikan bisa
juga didapat di luar lingkungan sekolah, seperti dirumah, dalam
pergaulan dan berinteraksi sebagai mahluk sosial. Hanya saja pendidikan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">school home</span></span></a><span style="font-size: 130%;">
yang notabene didapat di bangku sekolah ini, kini sedikit berubah
mengikuti kemajuan jaman dan teknologi. Memperoleh pendidikan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">homeschooling</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> dan mengikuti kurikulum yang sudah ditentukan oleh pemerintah, tidak harus datang ke sekolah.</span></span><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Sistem yang kini sedang berkembang di Indonesia yaitu, </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">home schooling</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> (sekolah di rumah) atau istilah lainnya home education atau home-based learning atau </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">home school</span></span></a><span style="font-size: 130%;">. Homeschooling ini sebenarnya sama saja dengan menyerahkan tanggung jawab pendidikan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">school home</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> pada keluarga atau orangtua yang bersangkutan.</span></span><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Homeschooling
yang artinya sendiri adalah belajar di rumah, sudah pasti melakukan
kegiatan pendidikan dalam lingkungan rumah. Ini bukan berarti orang tua
saja yang mengajari atau mendidik anak-anaknya, mereka bisa memanggil
guru privat yang dirasa cocok untuk mata pelajaran tertentu dan juga
bisa melalui pengambilan kursus ataupun les, seperti </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">home schooling kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;">.</span></span><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Keberadaan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">homeschooling kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;">
sudah diatur dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 27 ayat 1, yang berisikan kegiatan pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.</span></span><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Dengan adanya aturan tersebut, </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">homeschooling kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;">
bukan sebuah sistem pendidikan yang dibuat-buat (rekayasa), karena pada
dasarnya keluarga memiliki hak dan kewajiban besar dalam membentuk
seorang anak menjadi pribadi yang potensial.</span></span><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Layaknya sebuah sistem pendidikan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">home schooling kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> yang tidak biasa, pastinya belajar dengan cara </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">home school kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;"> akan ada plus minusnya. Keuntungan </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">home school kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;">
adalah si anak akan mendapatkan fokus perhatian penuh karena hanya dia
yang diajari tanpa ada siswa lain seperti di sekolah pada umumnya. Dan
ini juga akan mengajarkan si anak menjadi pribadi yang mandiri, tidak
ada yang bisa dijadikan teman sekelompok, ia harus berusaha mencari tahu
sendiri, hal ini akan meningkatkan daya kreativitasnya. Anak
homeschooling akan lebih rentan dari pergaulan yang menyimpang, seperti
kebiasaan mencontek, tawuran, dan drugs.</span></span><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Di
balik kelebihan tadi, pastinya ada kekurangan yang harus diwaspadai.
Hal yang paling ditakutkan dalam homeschooling adalah, kurangnya
kemampuan berinteraksi sosial untuk si anak. Karena itu dibutuhkan
komitmen yang tinggi orang tua untuk bisa membantu si anak berinterkasi.
Setelah homeschooling seperti di </span><a href="http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Lesson_Instruction/Child_Courses_Lesson/?PostID=202921"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;"><span style="font-size: 130%;">school home kak seto</span></span></a><span style="font-size: 130%;">,
si anak harus diajak bersosialisasi seperti bermain di lingkungan rumah
dengan teman sebayanya, ataupun jalan-jalan ke tempat rekreasi
sekaligus mengenalkan tentang dunia luar. Hal ini untuk mengantisipasi
kemungkinan si anak sulit bekerja dalam team work.</span></span><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Satu
hal lagi yang menjadi kekhawatiran sistem homeschooling, yaitu masa
depan si anak dalam memperoleh pekerjaan atau profesi. Karena untuk
memperoleh pekerjaan, sudah pasti memerlukan ijazah ataupun sertifikat
kelulusan, yang menjadi gambaran sejauh mana kemampuan seorang anak
memperoleh ilmu selama ia menempuh pendidikan. Tapi dengan semakin
berkembangnya homeschooling di Indonesia, anak hasil homeschooling bisa
mengikuti ujian kesetaraan paket A, paket B, dan paket C, yang nantinya
bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. (pk-11)</span></span></span><br />
<br />
<span class="CommentLarge"><span style="font-family: 'Goudy Old Style';"><span style="font-size: 130%;">Disadur dari sebuah blog di Maya... </span></span></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-88703548051507117372012-09-27T11:23:00.003-07:002012-09-27T11:23:38.934-07:00September "bukan" Ceria<br />
Satu bulan ini, betul-betul menjadi hari yang amat kurang menyenangkan.. Mungkin Tuhan sedang menegurku..<br />
<br />
Pertama rotasi posisiku dari sebuah program yang sudah aku geluti selama kurang lebih empat tahun, kini harus diserahkan kepada orang lain. Program tiga jam itu sungguh seperti sudah mendarah daging di tubuhku. Tapi entah... sebagai prajurit memang harus menerima apapun perintah komandan. Aku digeser ke program baru, yang sama sekali tidak menjadi habitku. Dan, menurutku ini bukanlah tantangan.. Pekerjaanku menjadi seolah ringan.. atau mungkin.... akupun memutar pikiranku menjadi ringan dan positif. Aku memang dibutuhkan untuk program ini menjadi berwarna dan berbobot. Yah, semoga itu benar dan aku bisa berkarya menjadi lebih baik.. ketimbang aku harus meratapi rotasi ini.....<br />
<br />
Kedua, sebuah kejadian tak mengenakkan sungguh mengagetkanku beberapa hari lalu. Di hari Ahad aku bersama keluarga.. anak dan istriku ingin meluangkan waktu untuk berlibur dengan mengisi waktu berolahraga. Kami pun semangat empat lima berangkat berolahraga renang, setelah sebelumnya kami berjalan-jalan sejenak untuk berbelanja di sebuah mall. Tempat berenang itu ada di Taman Tirta Pulo Mas... lokasi tak jauh dari rumah kami. Musibah pun menimpa kami tatkala kami tengah berbelok di pertigaan menuju lokasi yang hanya berjarak kurang dari lima puluh meter... Sebuah mobil tiba-tiba melaju mundur dar arah samping kanan kami saat di belokan. Dan.. Bruuuukkk... Mobil itu sempat membuat buyar perhatian kami, dan sungguh mengagetkan ketika mobil tergoyang kencang. Sontak emosiku terbangun, lalu aku turun dari mobil sambil memperhatikan si pengemudi mobil yang menubrukku. Rupanya dia keluar mobil dan meminta maaf lalu mengajak damaii. Oooh...oh... tidak bisa.... Anda salah, anda harus mengganti, atau urusan sama polisi.. rupanya dia ciut dan beriktikat baik karena memang bersalah. Akhirnya mobilku dibetulkan ke bengkel atas biaya pertanggungjawaban si pengemudi dan semoga rampung secepatnya, karena masih di bengkel saat kuketik ini.<br />
<br />
Ketiga, belum rampung urusan mobil kelar.. eh ada saja urusan lain yang tak kalah beratnya. Sidak PLN menemukan meteran listrik di rumahku bermasalah. Meteran itu ternyata dipasang jumper oleh pemilik rumah lama. Aku sungguh tidak mengerti, niat amat si pemilik rumah lama sebelum aku memasang penghambat meteran agar biaya murah. Ini yang merugikan negara. Tapi, ulah pemilik rumah lama inilah jadi buah simalakama buatku. Di depan petugas aku berupaya meyakinkan kalau aku tidak melakukan perbuatan itu. Aku ngerti hukum dan masih memiliki nurani. Rupanya itu tak mampu meyakinkanku. Si petugas bilang ya bapak tetap harus ke kantor, dan memenuhi denda yang sudah ada rumus dan ketentuannya. Wadhuh, ada denda... dan permintaan maaf pun tak mempan. Sampai di kantor PLN, sungguh aku kaget ketika data yang diberikan, aku harus membayar denda dua digit alias 10 juta rupiah. Woalah... duit dari mana saya harus bayar denda sebesar itu ??? anakku saja sampai sejauh ini mau masuuk sekolah dasar masih harus nabung je.. kok malah ada urusan begini.. mobil yang ditabrak aja juga belum rampung urusane... duhhhh.... apes-apes.....<br />
<br />
*tepokjidat<br />
<br />
Tapi ada satu hal positif yang terpetik dari peristiwa beruntun ini. Tuhan masih sayang sama hambanya ini. Tuhan masih mau mengingatkanku untuk tidak sombong dan egois. tuhan mengingatkanku untuk sebuah pertobatan.... bahwa di luar sana masih banyak persoalan yang harus kamu hadapi dengan kepala dingin. Aku diingatkan bahwa dalam bertindak dan berbuat atau mengambil keputusan itu harus berhati-hati... Kini, aku harus mengingat Teguran Dia.. dan mendekatkan diri kepada Dia... Kelak, rencana ini akan Indah pada akhirnya....<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-47937494941154695572012-05-02T20:53:00.001-07:002012-05-02T20:53:55.169-07:00TERGANYANG dari MALAYSIAPresiden Pertama RI Soekarno
Ⓟesta untuk sang marinir telah usai berjam - jam lalu. Dia tengah mengayuh sampan nelayan menembus garis belakang pertahanan Malaysia di Tawao. Sampan itu dipenuhi kepiting untuk dijual. Siapa kira timbunan kepiting itu hanya kedok untuk menutupi senjata. Setelah tiga hari mengayuh dan berhasil melewati patroli kapal perang Inggris, sampan itu mendarat di pantai yang sepi di sebelah utara Tawao, Sabah. Target pertama si marinir: menemui seorang haji yang akan menjadi penghubung.
Sial! Haji itu ditangkap tentara Malaysia beberapa hari sebelumnya. Di penanggalan, tercatat waktu: Desember 1964.
Kenangan 42 tahun silam itu kembali berputar di kepala Pembantu Letnan Satu (Purnawirawan) Manaor Nababan, 64 tahun, ketika menuturkan nostalgia itu kepada Tempo, pekan lalu. Ia beruntung pulang dengan utuh seusai konfrontasi Ganyang Malaysia. Tapi teman-temannya? Jangankan nyawa, kerangka pun tidak. “Saya berat bicara soal ini,” ujarnya sembari terisak.
Manaor adalah anggota intelijen tempur Korps Komando (KKO) Angkatan Laut. Ia salah satu dari 30 marinir yang mendapat latihan intelijen di Pulau Mandul, selatan Tarakan, Kalimantan Timur. Mereka disaring dari sekitar 3.000 marinir yang bersiaga di perbatasan-menunggu titah untuk mengganyang Malaysia.
Tugas pun datang kepadanya pada akhir 1964. Pria dari Dolok Sanggul, Tapanuli, ini diperintahkan untuk memetakan posisi dan menghitung kekuatan lawan di sekitar Tawao. Seorang anggota KKO lain dan satu sukarelawan menemani Manaor. Mereka juga bertugas mencari tempat pendaratan terbaik-di wilayah yang berstatus protektorat Inggris kala itu.
Misi ini sejatinya "one way ticket" alias tak ada jaminan pulang dengan selamat. Maka, “Malam sebelum berangkat, saya dipestakan. Kami makan - makan dan diberi semangat,” kata bapak enam anak ini. “Barangkali juga itu perpisahan”.
Manaor dan kedua rekannya berhasil menyusup ke Tawao. Namun karena penghubungnya tertangkap, mereka masuk hutan. Dua bulan di belantara, Hendrik sukarelawan TNI bekas bajak laut tertangkap saat berbelanja makanan. Mereka tak berkutik ketika dikepung tentara Inggris dan Malaysia.
Sebelum Manaor, sekitar empat kompi marinir berhasil menyusup hingga ke Kalabakan, sekitar 50 kilometer di belakang perbatasan Sabah. Pasukan kecil itu dipimpin dua anggota KKO paling disegani, Kopral Rebani dan Kopral Subronto. Keduanya adalah anggota Ipam (Intai Para Ampibi, sekarang disebut Detasemen Jalamangkara) dan sudah kenyang asam - bergaram dalam aneka operasi tempur.
Pada 29 Desember 1963, unit kecil itu berhasil melumpuhkan pos pertahanan tentara Malaysia di Kalabakan. Dalam sejarah militer Malaysia, kejadian ini dikenang sebagai Peristiwa Kalabakan. Dari 41 anggota Rejimen Askar Melayu Diraja yang bersiaga di pos , 8 tewas dan 18 lainnya luka-luka. Salah satu yang mati adalah Mayor Zainal Abidin, komandan kompi. Tapi ajal juga menghadang Rebani dan Subronto di saat pulang.
Januari 1964. Di perairan Tawao, kapal patroli Inggris memergoki rakit mereka. Haram untuk menyerah kepada Inggris. Di bawah bulan yang sedang purnama, perang pecah: rakit versus kapal, senapan melawan meriam. Rebani, Subronto, dan 22 anggota KKO gugur. Tiga tentara berhasil meloloskan diri, yakni Kelasi Satu Rusli, Suwadi, dan Bakar, dicokok pasukan Gurkha di pantai.
Saat ditangkap, mereka sedang mengumpulkan mayat rekan-rekannya yang dapat diseret ke darat. Para Gurkha tak memberi mereka kesempatan untuk menguburkannya. Jenazah dibiarkan tergeletak di pantai!
Adalah Rusli yang menyampaikan cerita itu kepada Manaor. Ia bertemu Rusli sekilas saat keduanya diterbangkan dari kamp tawanan Jesselton (Kinibalu) ke Johor Bahru, Semenanjung Malaysia, awal 1966.
Di Semenanjung, keduanya ditahan di tempat terpisah. Rusli dan 21 tentara yang dijatuhi hukuman 11 - 13 tahun dibui di Negeri Sembilan. Manaor dikerangkeng di Detention Camp Johor. Sekitar 502 prajurit Indonesia dari berbagai angkatan dikurung di sini untuk digantung karena menjadi penceroboh (pengacau-Red).
Konfrontasi Indonesia - Malaysia yang dikenal sebagai Dwi Komando Rakyat (Dwikora) resmi diumumkan oleh Presiden Soekarno di Istana Negara, Jakarta, 3 Mei 1964. Muasalnya adalah upaya Inggris menggabungkan koloninya di Kalimantan (Sabah, Serawak, dan Brunei) dengan Semenanjung Malaya pada 1961. Soekarno, yang menganggap Malaysia sebagai boneka Inggris, memerintahkan tentara untuk menggagalkannya. Caranya, dengan membantu perjuangan rakyat setempat.
Waktu itu sekitar seribu tentara dan sukarelawan menyusup ke Malaysia. Jumlah ini tak sebanding dengan gembar - gembor pemerintah, yang mengatakan ada 22 juta sukarelawan Front Nasional Ganyang Malaysia dan sekitar 8.000 anggota TNI bersiap di perbatasan. Saat dilakukan normalisasi hubungan Indonesia - Malaysia pada Juni 1966, beberapa ratus pejuang tinggal nama. Mereka tak pernah kembali, seperti kisah Rebani - Subronto.
Manaor dan alumni Dwikora yang berhasil kembali hidup-hidup rupanya punya cita-cita memulangkan kerangka kawan mereka ke Tanah Air. Sayang, upaya yang telah dilakukan berpuluh - puluh tahun itu belum membuahkan hasil. Belakangan, hasrat untuk membawa pulang kerangka - kerangka itu makin menjadi. “Kami tak mungkin menunda lagi karena sudah tua,” kata Kolonel Marinir (Purn.) W. Siswanto, 68 tahun, Ketua Ikatan Keluarga Eks Tawanan Pejuang Dwikora.
Kini usia rata - rata pelaku pertempuran itu di atas 60 tahun sudah di tubir makam. Jika mereka meninggal, ingatan akan pertempuran yang mereka alami akan ikut mati. “Ini menyulitkan identifikasi saat pemulangan kerangka dilakukan,” ujar mantan Komandan Tim Brahma I Marinir di sektor barat (Semenanjung Melayu) itu.
Maksudnya, kesaksian para alumni Dwikora dibutuhkan untuk mengidentifikasi kerangka rekan - rekan mereka. Sebab, prajurit Indonesia yang turut dalam operasi infiltrasi itu menggunakan nama - nama samaran Melayu, tidak ada identitas Indonesia yang dibawa. Pangkat, seragam, dan atribut yang dipakai umumnya milik Tentara Nasional Malaya.
Identifikasi kerangka jenazah bakal mudah jika pemulangan dilakukan lebih cepat. Tapi, itu muskil. Bukan karena mereka terlupakan oleh teman-teman seperjuangannya, “Namun karena situasi politik belum memungkinkan,” kata Siswanto.
Berbeda dengan rekan-rekannya dari Resimen Pelopor (sekarang Brigade Mobil) dan Angkatan Darat, nasib korban Dwikora dari KKO dan Pasukan Gerak Cepat (PGT, sekarang Pasukan Khas TNI Angkatan Udara) terlunta - lunta. Penyebabnya : kedua kesatuan dituduh terlibat pemberontakan PKI.
Tahun 1990-an, ketika sebagian pelaku konfrontasi sudah berpangkat dan menjadi pejabat teras kemiliteran, usaha mulai digulirkan. Saat itu salah seorang tokoh eks Dwikora, Mayor Jenderal Marinir (Purn.) Mohamad Anwar (almarhum), mengirimkan surat permintaan kepada Menko Polkam Laksamana (Purn.) Sudomo. Permintaan tersebut ditanggapi positif dengan pembentukan Tim Penelitian dan Inventarisasi Pemindahan Makam Pejuang Dwikora oleh Menteri Sosial Haryati Subadio.
Pemimpin tim itu adalah Mayor Jenderal (Purn.) Rudjito (almarhum). Hasil kerjanya segera terlihat. Ditemukan 168 prajurit dan sukarelawan yang gugur di Malaysia. Pada masa Menteri Sosial Inten Soeweno dua tahun kemudian, tim tetap dipertahankan dengan beberapa pembaharuan.
Tiba-tiba, Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara Mayor Jenderal Sudibyo memerintahkan penghentian inventarisasi pada 6 Januari 1996. Alasannya: upaya itu dikhawatirkan bakal merusak hubungan Indonesia - Malaysia.
Reformasi membawa angin segar. Ratusan pensiunan prajurit rendah, ditambah beberapa perwira menengah yang purnatugas, menghimpun diri dalam Ikatan Keluarga Eks Tawanan Pejuang Dwikora tahun 1999. Mereka menghidupkan kembali cita-cita memulangkan kerangka rekan - rekannya. Ketua Ikatan Eks Tawanan Pejuang Dwikora saat itu, Kolonel Mar (Purn.) Kadar Mulyono (almarhum) mengirim surat kepada Presiden Megawati pada Januari 2003. Surat itu hingga kini tak berbalas.
Lelah menunggu, dua tahun kemudian para pejuang “mengadu” ke DPR. Ketua DPR Agung Laksono menyatakan mendukung rencana pemulangan kerangka prajurit eks Dwikora di Malaysia. Pada saat bersamaan, muncul tanggapan positif dari Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah. “Pak Menteri berjanji akan melakukan koordinasi dengan pejabat terkait dan presiden,” kata Siswanto. Lagi - lagi, janji tinggal janji.
Departemen Sosial belum melakukan langkah apa pun seperti dijanjikan menterinya. “Dulu memang pernah dibentuk tim, tapi sekarang belum ada koordinasi,” kata Toto Utomo, Direktur Kepahlawanan Departemen Sosial. Toto menunjuk Departemen Pertahanan atau Markas Besar TNI yang berwenang mengurusi soal tersebut. Apa kata Mabes TNI?
“Saya belum bisa berkomentar, karena baru dengar,” kata Laksamana Muda Sunarto Sjoekronoputra kepada Tempo, pekan lalu.
Kompleks makam di Kampung Kalabakan Lama, Sabah, tampak cukup terawat, kecuali di beberapa gundukan tanah mirip kuburan. Konon itulah makam Rabeni, Subronto, dan beberapa anak buahnya. Tanpa nisan, tanpa nama.
Adalah sesepuh Tawao, Dato Mamun, yang mengidentifikasi makam itu kepada Tempo. “Saya tahu dari mandor hutan yang ada di sana,” ujar mantan warga negara Indonesia yang kini telah dinobatkan sebagai Sultan Bulungan di Kalimantan Timur itu.
Tentara Indonesia yang gugur di Sebatik lebih beruntung. Jenazahnya dibawa ke Tawao dan dikuburkan di pemakaman Melayu, Masjid Wilis. “Kuburnya ada nisan, tapi tanpa nama,” ujar Dato Mamun. Polisi setempat sempat memotret jenazah mereka sebelum dikubur, lalu didokumentasikan.
Maka, harapan untuk menginventarisasi dan memulangkan kerangka pahlawan Dwikora sungguh bergantung pada Malaysia. Sayang, pemerintah negeri jiran itu belum bersedia memberikan tanggapan. Sebabnya, “Kami baru dengar kabar ini,” kata Hamidah binti Azhari, juru bicara Kedutaan Malaysia di Jakarta.
(Arif A. Kuswardono, Eduardus Karel Dewanto)
Front Terpanjang
Medan perang itu berserak : di laut, di hutan, di sungai, membentang 2.000 kilometer dari Nunukan di Kalimantan Timur hingga Semenanjung Malaya.
Front Malaka
Medan tempur dengan jumlah korban terbanyak bagi Indonesia.
Kekuatan : 1 brigade (3.500 personel)
Gugur : 78; 18 tidak jelas makamnya, 2 dimakamkan di Kalibata
Hilang : 70
Ditawan : 217; ditahan di Johor Bahru
Labis dan Pontian
Gugur : 6 PGT
Ditawan : 123 PGT
Makam : 6 PGT
Kuala Kelang
Ditawan : 19 AD
Kota Tinggi
Gugur : 25 Pelopor
Ditawan : 55 Pelopor
Makam : 25 Pelopor
Johor Baru
Gugur : 27 PGT
Makam : 27 PGT
Singapura
Gugur: 20 KKO
Ditawan: 19 KKO, 1 Pasukan Katak
Penjara Johor Bahru, Kota Johor
Kamp tawanan utama Pasukan Indonesia yang ditawan di Kinabalu dan Tawao diterbangkan ke penjara ini.
Front Kalimantan Timur
Pertempuran paling sengit di front Kalimantan terjadi pada 28 Juni 1965, ketika Korps Komando (KKO) Angkatan Laut memasuki perbatasan Malaysia dari timur Pulau Sebatik.
Kekuatan : 3.500 tentara (1 brigade)
Gugur : 15; 11 tak diketahui makamnya
Hilang : 6; di laut dan hutan
Ditawan : 14; di kamp tahanan Tawao dan Ketayan
Brigade Barat
Panjang front : 1.000 km
Kekuatan : 5.000 tentara (5 batalion: Inggris 1, Gurkha 3, Malaysia 1), 25 helikopter
Brigade Tengah
Panjang front : 500 km
Kekuatan : 2 batalion Gurkha, 12 helikopter
Brigade Timur
Panjang front : 130 km
Kekuatan : 1 batalion infanteri, pasukan komando, Angkatan Laut Persemakmuran
Nunukan
Ditawan : 7
Kalabakan
Gugur : 1
Ditawan : 5
Makam : 1
Pulau Sebatik
Gugur : 3
Makam : 2
Tawao
Ditawan : 2
Makam : 1
Penjara Intelijen Tawao Penjara Ketayan Jezelton, Kinabalu
sumber TEMPOinteraktifUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-38538019771215604852012-02-28T18:01:00.002-08:002012-11-18T20:22:27.123-08:00BANGGA PERNAH TERTOREH DI SINIKORAN TEMPO<br /><br />Ringkas & Cergas<br /><br />Data diambil dari edisi: Sabtu, 10 Maret 2007 Edisi No. 2068/Th. VI<br /><br />40 halaman dalam tiga bagian<br /><br />Harga Rp 2.700 <br />Penerbit: PT Tempo Inti Media Harian <br />Corporate Chief Editor: Bambang Harymurti <br />Pemimpin Redaksi: S. Malela Mahargasarie <br />Pj. Redaktur Eksekutif: Gendur Sudarsono <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8748442442673244661"></a> <br />Redaktur Senior: Fikri Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S. Chudori, Putu Setia, Yusril Djalinus <br />Redaktur Utama: Burhan Solihin, Dian Basuki, Purwanto Setiadi, Wicaksono <br />Sekretariat Redaksi: Yoanida Rosita <br />Redaktur: Anne L. Handayani, Qaris Tadjudin, Sapto Yunus, Yudono Yanuar, Yuyun Nurrachman <br />Sidang Redaksi: Andree Priyanto, Andy Marhaendra, Ali Nur Yasin, Angela Dewi, Arif Firmansyah, Dedy Sinaga, Dewi Rina, Dody Hidayat, Dwi Arjanto, Eduardus Karel Dewanto, Endri Kurniawati, Eni Saeni, Firman ATmakusuma, Hari Prasetyo, Jajang Jamaludin, Juli Hantoro, Kelik M. Nugroho, Kurniawan, Lis Yuliawati, Meiriyon M., Mustafa Ismail, Nurdin Saleh, Nur Hidayat, Nurkhoiri, Padjar Iswara, Purwanto, Raju Febrian, Rita Nariswari, Setri Yasra, Sudrajat, Sukma N. Loppies, SS Kurniawan, Taufik Kamil, Tjandra Dewi Harjanti, Tommy Y. Aryanto, Utami Widowati, Yanto Musthofa, Zacharias Wuragil B.K. <br />Biro Jakarta: Amal Ihsan Hadian, Andi Dewanto, Budi Riza, FX Dimas Adityo, Efri Ritonga, Hadriani P., Indra Darmawan, Martha Warta S., Nunuy Nurhayati, Sita Planasari A., Yophiandi Kurniawan <br />Fotografi: Gatot Sriwidodo (Redaktur), Bernard Chaniago, Mahanizar Djohan, Yunizar Karim, Arie Basuki, Santirta M. <br />Desain: Eko Punto Pambudi, Ehwan Kurniawan, Gatot Pandego <br />Tata Letak: Achmad Budy, Ahmad Fatoni, Arief Mudi Handoko, Djunaedi, Erwin Santoso, Fuad H., Imam Riyadi Untung, Kuswoyo, Mistono, Muhammad Rafki, Rudy Asrori <br />Ilustrator: Gaus Surahman, Imam Yunni <br />Infografer: Machfoed Gembong <br />Redaktur Usaha: Hasto Pratikto, Alvinda, Dewi Kartika Teguh W, Elan Maolana Setiajid, Habib Rifa’i, Iyan Bastian <br />TEMPO NEWS ROOM, TEMPOINTERAKTIF, PUSAT DATA dan ANALISA TEMPO <br />Pemimpin Redaksi: S. Malela Mahargasarie <br />Pj. Redaktur Eksekutif: Daru Priyambodo <br />Redaktur Utama: Mardiyah Chamim, Teguh, Tulus Wijanarko <br />Redaktur: Elik Susanto (Koordinator Liputan Daerah). <br />Sidang Redaksi: Ali Anwar, Fajar W.H., Grace S. Gandhi, Jobpie Sugiharto, Purwani Diyah Prabandari <br />Biro Jakarta: Agus Supriyanto, Ami Afriatni, Angelus Tito, Anton Aprianto, Badriah, Dian Yuliastuti, Erwin Prima, Erwin Daryanto, Fanny Febiana, Harun Mahbub, Ibnu Rusydi, Indriani Diah S., Maria Ulfah, Oktamandjaya, Raden Rachmadi, Rini Kustiani, Rr. Ariyani, Sutarto, SUryani Ika Sari, Yudha Setiawan, Yuliawati <br />Daerah: Jalil Hakim (Surabaya), L.N. Idayani (Yogyakarta), Rinny Srihartini (Bandung), R. Fadjri (Yogyakarta), Zed Abidien (Surabaya) <br />Riset: Ngarto Februana (Pj. Kepala Bagian), Aris Mustafa, Indra Mutiara, Muchtar Wijaya, Titis Hutami, Viva Kusnandar <br />Penerbitan: Sri Mulungsih, Sri Indrayati <br />Iklan: Gabriel Sugrahetty (Kepala Divisi), Meiky Sofyansah, Prasidono Listiaji, Nurulita Pasaribu, Tanti Jumiati, Tito Prabowo, Rino Ashari, Doni Kresnadi, Adeliesna Sari, Haderis Alkaf, Sulis Prasetyo, Kemas M. Ridwan <br />Sirkulasi & Distribusi: Shanty Nurpatria (Kepala Bagian Sirkulasi Eceran dan Luar Kota), Ja’far Irham (Kepala Bagian Sirkulasi Langganan), Ismet Tamara (Kepala Bagian Distribusi) <br />Direktur Utama: Ir. Leonardi Kusen, MBA <br />Direktur: Bambang Harymurti, Herry Hernawan, Toriq Hadad, Yusril Djalinus, Zulkifly Lubis <br /><br />Alamat Redaksi & Iklan: Kebayoran Centre Blok A11-A15 Jalan Kebayoran Baru Mayestik, Jakarta 12240. Telp. 021-7255625 Faks. 725-5645/50 E-mail: koran@tempo.co.id<br /><br />Alamat Pemasaran: Jalan Pelmerah Barat No. 8 Jakarta 12210, Telp. 021-5360409 Faks. 021-5349569<br /><br />Harga: Eceran rp. 2.700 Langganan Rp 60.000 Untuk wilayah Jabotabek, Bandung, Serang, dan Lampung. Luar wilayah tersebut: ditambah ongkos kirim.<br /><br />Customer Service: telp. 021-5360409/70749261 Ext. 307/310/481/334 Faks. 021-5349569<br /><br />E-mail: cs@tempo.co.id<br /><br />Website: www.korantempo.comUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-75909485382367205422012-02-28T17:52:00.001-08:002012-09-27T11:33:55.571-07:00CATATAN AKHIR SEJARAH VIOSVELD<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Hentikan
mesin itu," teriak Victor Sitanggang sambil bergegas menghampiri Kepala
Keamanan dan Ketertiban Peme-rintah Daerah Kota Madya Ja-karta Pusat,
Harianto Bajuri. Raut wajah Ketua Bidang Hukum Persatu-an Sepak Bola
Indonesia Jakarta itu me-merah. Jari telunjuknya menuding empat buldoser
yang menghancurkan Stadion Menteng, Rabu pekan lalu.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Teriakan
Victor sejenak membuyarkan kerja para sopir mesin berat itu. Namun,
buru-buru muncul suara melengking dari seorang petugas keamanan dan
ketertiban di arena eksekusi. "Te-ruskan!" kata petugas itu menghardik
si sopir. Teriakan Victor pun tak mempan. Buum...braak.... Pintu,
dinding, dan tribun stadion ambruk. Eksekusi berlangsung hingga malam.
Esok harinya buldoser beraksi lagi, tanpa perlawanan.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Sedikitnya
1.250 petugas tramtib di-bantu polisi dan tentara membongkar stadion
yang dipakai Persija sejak 1960 itu. Dulu stadion ini dikenal sebagai
Viosveld, kependekan dari Voetbalbond Indiesche Omstreken Sport,
lapangan klub sepak bola Belanda di Batavia. Di lahan bekas bangunan
karya arsitek Belanda F.J. Kubatz dan P.A.J. Moojen pada 1921 itu bakal
dibuat Taman Menteng. Dananya Rp 32 miliar, dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah 2006.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Proses
eksekusi semula tak mulus. Petu-g-as bentrok dengan 50 orang peng-urus
Per-sija dan 30 klub sepak bola yang me-no-lak eksekusi. Mereka
menghadang di pin-tu stadion sejak pagi hari. Dua orang le-bam kena
gebuk petugas dalam ak-si ini.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Bentrokan
berhenti setelah petugas menjebol barisan massa. Pasukan biru itu
merangsek masuk, lalu mengeluarkan kursi-kursi, meja, loker, arsip,
foto-foto Ketua Persija dari 1930-an, dan ratusan trofi. Semua dibiarkan
berserak di lapang. "Kalian tak tahu sejarah," kata Miftah N. Sabri,
salah satu orang di antara massa, sambil memungut barang-barang itu.
Eksekusi ini spontan menjadi tontonan warga dan para pemulung.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Victor
menuding eksekusi itu menyala-hi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasio-nal. Penggusuran itu tanpa
rekomen-dasi Menteri Pemuda dan Olahraga se-perti dalam aturan hukum
itu. Pembangunan taman kota yang mengalihkan fungsi fasilitas olahraga
jelas memer-lukan re-komendasi tersebut. "Tapi ini tidak ada," katanya
kepada Tempo pekan lalu.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Pemerintah
juga dituding menging-kari Surat Kesepakatan Nomor 728/073.51
ter-tanggal 15 Mei 2005. Tanah stadion seluas 35 ribu meter persegi itu
masih men-jadi hak guna bangunan dan lahan Persija. Hak itu belum
berubah selama belum ada kesepakatan Persija dan Pe-me-rintah DKI.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Victor
merasa pemerintah telah meng-akali Persija. Dia menceritakan, markas
Persija semula di Lapangan IKADA-Monumen Nasional-mulai pindah ke
Menteng pada 1960. Pemindahan itu karena Monas sedang dibangun dan
Pre-siden Soekarno menghibahkan stadion ke Persija. Status hibah ini
yang kemu-dian dipegang pengurus, hingga tak se-ge-ra membuatkan akta.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Kekecewaan
pun membuhul tahun lalu ketika pengurus hendak membuat akta tanah
stadion. Pemerintah ternyata diam-diam mengaktakan stadion itu ke Badan
Pertanahan Nasional, lima tahun sebelumnya. Persija cuma disebut punya
hak guna bangunan dan lahan itu dinyatakan sebagai tanah kosong, meski
ada stadion dan Wisma Persija.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Pemerintah
DKI Jakarta lantas digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara-. Tapi usaha
ini gagal. Persija lalu meng-gugat ke pengadilan negeri. Proses hukum
belum kelar, di tengah jalan pe-merin-tah memaksa Persija pindah markas
ke belakang ruko di kawasan Roxy dengan lahan setengah luas Menteng.
"Pengurus menolak," kata Sekretaris Persija, Biner Tobing.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Rencana
eksekusi itu pernah dilapor-kan Victor dan Biner kepada Ketua Komisi
Bidang Olahraga DPR, Heri Achmadi. Tapi langkah itu nihil. Pekan- lalu,
-pengurus Persija kian berang se-telah -stadion betul dieksekusi. Wali
Kota Jakarta Pusat Muhayat dilaporkan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya
atas peng-usiran paksa dengan kekerasan. -Mu-ha-yat tak gentar.
"Silakan, hak warga un-tuk melapor ke polisi," ujar Muha-yat.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Kemarahan
ikut mampir ke Mente-ri Pemuda dan Olahraga. Menteri Adhyaksa geram
karena tidak diberi kabar tentang eksekusi. Dia berencana menem-puh
jalur hukum bila Taman Menteng dilengkapi bangunan untuk usaha
komersial. Wakil Presiden Jusuf Kalla segera turun tangan memanggil
Menteri Adhyaksa dan Gubernur DKI Sutiyoso. Disepakati, tim pemerintah
DKI harus memaparkan rencana Taman Menteng pada Selasa pekan ini.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Kepala
Biro Hukum Pemerintah DKI Jakarta, Journal Siahaan, menegaskan eksekusi
itu sah. Pengadilan mengizin-kan pengosongan stadion karena putus-an
sela status quo telah keluar. Ini diperkuat surat persetujuan 55 warga
Men-teng kepada gubernur, 11 Juni 2005. "Dalam status quo, lokasi bisa
dikosongkan," kata dia.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Dasar
hukum lainnya adalah Surat Perintah Gubernur DKI Nomor 50/2006 tentang
Penertiban Stadion Menteng, dan surat perintah pembongkaran berdasarkan
Undang-Undang Nomor 80/2005 tentang Tata Kota. Dengan dasar itu pula,
menurut Journal Siahaan, izin menteri tak perlu lagi. Alasannya,
relokasi tidak mengubah peruntukan, cuma mena-mbah fungsi dan sarana
olahraga yang dise-imbangkan dengan ruang terbuka hijau.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Sarana
itu untuk olahraga futsal, jogging, badminton, dan lainnya. Sumber lain
menyebutkan, di bekas Wisma Persija dibangun gedung parkir tiga lantai
berkapasitas 200 mobil. Lantai- dasar gedung untuk kantor pengelola dan
17 kios. Taman juga dilengkapi dua galeri rumah kaca dan monumen sepak
bola berbentuk gawang. "Te-nder pengembang- -sedang berjalan dan
di-umumkan 5 Agustus," katanya.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Menurut
Ketua Arsitektur Lanskap Indonesia, Yudi Nirwono Joga, Peme-rintah DKI
Jakarta melanggar Surat Keputusan Gubernur Nomor D.IV-6098/d/33/1975.
Surat pada masa Gubernur Ali Sadikin ini menetapkan Menteng sebagai
kawasan pemugaran, termasuk Stadion Menteng. "Kawasan ini dilin-dungi,
dilestarikan, dan dikembangkan hati-hati sebagai lanskap cagar budaya,"
kata Yudi kepada Tempo pekan lalu.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Ini
diperkuat oleh Undang-Undang No-mor 5 Tahun 1992 tentang Benda Ca-gar
Bu-daya dan Peraturan Daerah Nomor 9/1999 tentang Pelestarian dan
Pe-manfaatan Lingkungan Bangunan Benda Ca-gar Budaya. Berdasarkan
itulah-, Stadion Menteng masuk kategori ca-gar bu-da-ya karena berusia
lebih dari 50 t-ahun.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Yudi
menilai alasan pemerintah mengubah lapangan olahraga menjadi taman kota
jelas berbeda. Keduanya ber-beda karakter dan fungsi dalam komponen
utama ruang terbuka hijau kota. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14-
Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Hijau Perkotaan jelas mensyaratkan
pen-tingnya lapangan olahraga publik.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Namun,
bagi Yudi, yang terpenting adalah nilai sejarah. Stadion ini telah
melahirkan pesepak bola nasional se-perti Djamiat Dhalhar, Anjas Asmara,
Rahmad Darmawan, atau Ronny Pattinasarani. "Sejarah inilah unsur cagar
budaya," katanya. Dia mengusulkan renovasi tetap mempertahankan lapangan
sepak bola.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Gubernur
Sutiyoso tahun lalu pe-rnah mengakui Stadion Menteng adalah bagian dari
cagar budaya. Tapi sekarang dia mengatakan bangunan bersejarah itu tak
harus dilindungi. Dia merenca-nakan Stadion Menteng diganti de-ngan
lahan hijau dan menjadi Monumen Nasional kedua. Penggusuran stadion itu
katanya untuk mengejar kebutuhan 14 persen ruang terbuka hijau di
Jakarta, dari angka sembilan persen sekarang. "Stadion itu tidak
maksimal, hanya -untuk latihan Persija dan klub-klub kecil," katanya.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Sutiyoso
pun tak menampik adanya sejumlah pengembang yang melamar untuk mengubah
lahan stadion menjadi apartemen atau mal. Tapi dia menolak. Mantan
Panglima Kodam Jaya itu bahkan berani bertaruh. "Potong kaki saya begitu
ada komersialisasi."</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
Percaya atau tidak, itu terserah Anda.</div>
<div style="background-color: #38761d; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; margin-top: 5px; text-align: center;">
<b>Eduardus Karel Dewanto, Reh Atemalem Susanti, dan Indriani Dyah S.</b></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8748442442673244661.post-20918939562447866852012-02-28T17:42:00.000-08:002013-02-26T03:29:30.706-08:00ASEP SEKARANG "LARIS MANIS"<h2 class="date-header" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: url(http://www.blogblog.com/snapshot_tequila/bg-header1_left.gif); background-origin: initial; background-position: 100% 100%; background-repeat: no-repeat no-repeat; color: #7b8186; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 1em; line-height: 18px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 2em; padding-bottom: 2px; text-align: left;">
Sabtu, Agustus 16, 2008</h2>
<div class="date-posts" style="background-color: white; color: #474b4e; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">
<div class="post-outer">
<div class="post hentry" style="clear: both; margin-bottom: 4em;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8748442442673244661" name="6588649696256429028" style="color: #93db04; font-weight: bold;"></a><br />
<h3 class="post-title entry-title" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: url(http://www.blogblog.com/snapshot_tequila/bg-header1_left.gif); background-origin: initial; background-position: 100% 100%; background-repeat: no-repeat no-repeat; color: #7c78b5; font-size: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 2em; padding-bottom: 2px;">
<b>Hakim Asep Iwan Iriawan : Naik Angkot, Hilangkan Jejak</b></h3>
<div class="post-header">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-6588649696256429028">
<b><i>Profesi hakim rentan suap dan ancaman. Hakim Asep yang memvonis mati lima terdakwa kasus heroin, memilih naik angkutan umum untuk menghindari ancaman dan tak mau menerima tamu di rumah agar setan suap tak mampir.</i></b><br />
<br />
Penembakan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita oleh orang-orang Tommy Soeharto saat mau ke kantor membuat Hakim Asep Iwan Iriawan, harus mengubah jadwal pergi dan pulang dari kantornya. ‘’Kami hakim di Jakarta Pusat takut dan berhati-hati, bagaimanapun profesi hakim rentan dari ancaman,’’kata Asep. Ia mengaku belajar dari ayahnya, Abidin Sukarjo, pensiunan tentara dari kesatuan Kodam Siliwangi, Jawa Barat.<br />
<br />
Hakim Asep tak pernah meninggalkan jejaknya selama perjalanan pulang dari kantor. Kendati pulang menggunakan angkutan umum ataupun diantar rekannya, tak pernah sampai di depan rumahnya. Ia turun di jalan dan memilih untuk berjalan-jalan lebih dulu. Sehari-hari pada waktu kerja pria berkaca minus bulat bening itu berangkat dari rumahnya saat matahari baru nongol dari ufuk timur, pukul enam pagi. Berjalan kaki, menuju halte di depan bekas perkulakan Goro, di Jalan Raya Pasar Minggu, lalu naik metromini menuju Tanah Abang. Setelah itu berganti lagi mikrolet jurusan Kota, dan turun persis di depan kantornya, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Gajah Mada. Sebenarnya Asep punya mobil Escudo , tetapi mobil itu diberikan kepada adiknya. ‘’Saya tak bisa menyetir,’’ujarnya.<br />
<br />
Itu bukan alasan sebenarnya, ia tak mau terlacak. Ikuti saja, kalau pulang Asep memilih jalur lain, rutenya pun berubah-ubah tiap hari. Ia bisa jalan-jalan dulu ke Blok M Mall, Pasar Minggu atau pusat perbelanjaan lainnya. Kalaupun ia memilih pulang menumpang kendaraan temannya sesama hakim, tak pernah mau diantar sampai depan rumah. Karena itu ia menolak diikuti atau memberitahu alamat rumahnya pada Eduardus Karel Dewanto dari Tempo News Room. ‘’Saya jangan diikuti dan profil saya jangan ditulis,’’kata pria yang lahir di Bandung 10 Juni 40 tahun yang lalu<br />
<br />
Kebiasaan itu dimulai setelah Hakim Asep bersama Satria US Gumay dan Prim Haryadi yang pernah dikenal sebagai ‘tiga serangkai’ memvonis hukuman mati terhadap lima terdakwa pengedar heroin di Pengadilan Negeri Tangerang, Banten. Tiga terdakwa terakhir adalah orang Indonesia ; Meirika Franola atau Ola, yang membawa 3.600 gram heroin, Rani Andriani alias Melisa Aprilia pemilik 3.500 gram kokain dan dan Deni Setia Maharwan alias Rapi Mohamed Majid pembawa 3.000 gram kokain. ‘’Ola itu adalah perempuan Indonesia pertama yang dihukum mati dalam kasus narkotika,’’kata Asep. Sebelum itu dua orang lelaki berkebangsaan Nepal yang juga kena palu ‘mati’ Hakim Asep, yaitu Nar Bahadur Tamang dan Bala Tamang, keduanya masing-masing membawa 1.750 gram heroin<br />
<br />
Namun, bukan berarti Asep takut dalam menjalankan tugasnya, untuk memutuskan perkara seadil-adilnya berdasarkan hati nurani. Walaupun dari palunya, saat menjadi hakim di Pengadilan Negeri Tangerang, sudah mengantarkan orang ke juru tembak. Menurut Asep timnya, majelis hakim yang memutuskan perkara terdakwa pengedar heroin itu sudah memikirkan masak-masak. ‘’Secara yuridis, mereka terbukti bersalah selama persidangan. Secara filosofis harus dihukum, karena kesalahannya berat hukumannya juga harus berat, hukuman maksimal yang bisa dijatuhkan oleh hukum kita adalah hukuman mati. Karena itu kita matiin aja. Lagipula itu sesuai dengan kehendak masyarakat,kan yang ingin hukuman seberat-beratnya pada pengedar narkoba,’’katanya. Sayangnya semua terpidana mati, diubah menjadi hukuman seumur hidup oleh hakim agung di tingkat kasasi, Mahkamah Agung.<br />
<br />
Reputasinya sebagai hakim anti narkotika dan obat terlarang mengantar Asep menjadi hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kiprahnya pun lantas melejit sebagai hakim pengadilan umum dan niaga. Ia pernah memutus perkara kepemilikan senjata dengan terdakwa Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek, puteri bungsu mantan presiden Soeharto. Ia juga memutus perkara kepemilikan narkoba dengan terdakwa aktor Hengki Tornando, perkara korupsi yang Hendra Raharja dengan peradilan in absentia, perkara Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dengan terdakwa Gubernur Syahril Sabirin dan Direktur Utama Bank Surya, Bambang Sutrisno.<br />
<br />
Dalam kasus peradilan in absentia Hendra Rahardja yang kabur ke Australia, Hakim Asep bahkan mengusir pengacara O.C.Kaligis. Akibatnya Kaligis mengirim surat melaporkan tingkahnya ke Mahkamah Agung. ‘’Biar saja dia melapor, MA tahu kok yang mana yang salah yang mana yang benar,’’katanya. Memang, surat Kaligis tak berbunyi menghadapi Hakim Asep, karena MA tak mempersoalkannya.<br />
<br />
Tapi sejak menangani kasus-kasus perbankan di PN Jakarta Pusat tak urung ia diisukan makan uang suap Rp 30 miliar dari Bambang Sutrisno. Namun, tak ada bukti dan tak ada yang mempercayainya. ‘’Nggak mungkin dari sejak kuliah saya tahu Asep orangnya jujur dan tegas,’’kata seorang kawannya sesama hakim. Asep juga membantah isu itu, “Kalau saya menerima, saya rela dihukum seumur hidup.”<br />
<br />
Hakim Asep pun menganggap tudingan itu tak sesuai dengan langkah yang ia lakukan terhadap perkara-perkara itu. Bila tak bersikap tegas, tak akan mengganjar hukuman seumur hidup bagi Hendra Raharja dan hukuman mati bagi pengedar narkoba. “Saya sudah melakukan itu, ngapain saya harus menerima uang sebesar itu,’’ katanya. Hakim Asep juga merahasiakan rumah dinas yang ditinggalinya. Ia punya Komitmen tak menerima tamu di luar jam kerja, apa lagi di rumahnya. ‘’Rumah hanya tempat untuk istirahat. Selain di kantor saya tidak pernah menerima tamu. Bahkan ibu saya belum pernah menginjakkan kakinya di rumah saya,”ujar lulusan Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan , Bandung. Kenapa? “Saya takut dituduh macam-macam kalau menerima tamu di rumah. Sekarang kan tudingan hakim menerima suap sangat kencang,”kata Hakim yang kini tengah mengambil program master dibidang hukum bisnis.<br />
<br />
Sehari-hari Asep tampil sederhana, tak tampak barang mewah atau pakaian branded yang melekat ditubuhnya. Asep merasa gaji Rp 3,5 juta perbulan, cukup baginya yang masih bujangan. Ia dan beberapa hakim yang seide ingin menghapus imej buruk hakim. ‘’Walaupun Asep anak orang kaya, ia tak ingin menunjukkan kekayaannya. Sampai sekarang orang tetap jujur, tetapi kalau sudah memutus perkara dan tanpa tedeng aling-aling, kalau salah ya, dihukum berat, tanpa kompromi,’’kata kawan satu kampus dan kinis ama-sama bertugas di PN Jakarta Pusat. namanya.<br />
<br />
Ketegasan Hakim Asep juga dipuji mantan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Bambang Widjojanto. ‘’Asep, salah satu hakim baik, yang kita miliki. Ini investasi masa depan, dia itu hakim yang langka, di tengah citra buruk hakim saat ini,’’ujar Bambang. Hakim Asep lebih memilih ke Cipanas, Jawa Barat tempat ibunya setiap kali setelah menjatuhkan hukuman yang berat kasus yang ditanganinya. Bukan ke tempat lain. ‘’Bersama ibu saya merasa aman,’’katanya.<br />
<br />
<i><b>Ahmad Taufik</b></i><br />
<br />
<br />
<b><i>Profil<br />
Asep Iwan Iriawan<br />
Lahir di Bandung 10 Juni 1962<br />
Fakultas Hukum Universitas Katholik Parahiyangan(1981- 1985)<br />
STIA LAN Bandung(1994-1996)<br />
<br />
Aktif di Organisasi :<br />
<br />
Saat masih mahasiswa aktif menjadi anggota Senat dan Badan Pertimbangan Mahasiswa Universitas Parahiyangan, juga aktif di di Masjid SALMAN, ITB, Bandung.<br />
Sekretaris I pengurus Pusat IKAHI<br />
Bendahara Ikatan Hakim Indonesia(IKAHI), Muara Enim 1991<br />
<br />
Karir :<br />
<br />
Calon Hakim Pengadilan Negeri Bandung(1987-1991)<br />
Hakim Pengadilan Negeri Muara Enim(1991-1993)<br />
MA(bagian Puslitbang Diklat) 1993-1999<br />
Hakim Pengadilan Negeri Tangerang(1999-2000)<br />
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat(2000)<br />
Jabatan :Hakim Niaga Pengadilan Niaga Jakarta Pusat</i></b><br />
<div style="clear: both;">
</div>
</div>
<div class="post-footer">
<div class="post-footer-line post-footer-line-1">
<span class="post-author vcard" style="color: #b4babe;">Diposting oleh <span class="fn"><a href="http://www.blogger.com/profile/02381451479226603935" rel="author" style="color: #839d07; font-weight: bold; text-decoration: none;" title="author profile" wrc_done="true">AhmadTaufik </a> </span></span><span class="post-timestamp" style="color: #b4babe;">di <a class="timestamp-link" href="http://ahmadtaufik-ahmadtaufik.blogspot.com/2008/08/hakim-asep-iwan-iriawan-naik-angkot.html" rel="bookmark" style="color: #839d07; font-weight: bold; text-decoration: none;" title="permanent link"><abbr class="published" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-image: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial;" title="2008-08-16T10:30:00-07:00">10:30 AM</abbr></a> </span><span class="post-comment-link"></span><span class="post-icons"><span class="item-action"><a href="http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=37294316&postID=6588649696256429028" style="color: #839d07; font-weight: bold; text-decoration: none !important;" title="Posting Email" wrc_done="true"><img alt="" class="icon-action" height="13" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_email.gif" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(227, 228, 228); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-image: initial; border-left-color: rgb(227, 228, 228); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(227, 228, 228); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-style: initial; border-top-color: rgb(227, 228, 228); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; margin-bottom: 0px !important; margin-left: 0.5em !important; margin-right: 0px !important; margin-top: 0px !important; padding-bottom: 2px; padding-left: 2px; padding-right: 2px; padding-top: 2px; vertical-align: middle;" width="18" /> </a> </span></span></div>
<div class="post-footer-line post-footer-line-2">
<span class="post-labels">Label: <a href="http://ahmadtaufik-ahmadtaufik.blogspot.com/search/label/Tokoh" rel="tag" style="color: #839d07; font-weight: bold; text-decoration: none;">Tokoh</a></span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0